JATIMTIMES - Sebuah toko tembakau di pertigaan lampu merah Desa Durenan, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, tampak bergitu ramai didatangi pembeli. Pembeli silih berganti datang membeli tembakau tingwe (ngelinting dewe) di toko Tembakau Artoombo. Rokok tingwe belakangan kembali ngetren menggeser popularitas rokok pabrikan.
Toko Tembakau Artoombo adalah salah satu toko tembakau di Blitar yang memiliki banyak pelanggan. Ini karena tembakau yang dijual di toko ini cukup lengkap. Baik tembakau import maupun tembakau lokal khas Blitar. Semuanya ada. Lokasinya yang cukup strategis mudah dijangkau membuat toko Tembakau Artoombo banyak didatangi pembeli.
Baca Juga : Polresta Banyuwangi Bongkar Kasus Jual Beli Surat Rapid Test Antigen Palsu
Yang cukup mengagetkan, toko tembakau ini ternyata pemiliknya adalah anak muda. Mereka ada dua orang perempuan muda yang masih saudara kandung. Keduanya Oktavia Niken Andini Sakti (24) dan Ratih Nurkumalasari (21) warga Desa Duren, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
Dua bersaudara ini menempuh pendidikan tinggi. Niken adalah sarjana lulusan Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Semarang (Unnes). Sedangkan Ratih saat ini duduk di semester akhir Pendidikan Jasmani di Universitas Negeri Malang.
“Bisnis ini kita jalankan berdua. Modalnya juga dari uang kita berdua. Kita melihat bisnis tembakau saat ini cukup menjanjikan,” kata Niken kepada JATIMTIMES, Kamis (2/9/2021).
Menurut Niken dan Ratih, di masa pandemi ini rokok tingwe popularitasnya melejit karena banyak perokok yang pindah ke rokok tingwe disebabkan tidak mampu lagi membeli rokok jenis pabrikan yang relative mahal. Dampak pandemi vovid-19 berdampak luar biasa terhadap perekonomian. Imbasnya pendapatan masyarakat ikut menurun. Kondisi ini turut berpengaruh terhadap omset pendapatan mereka.
“Banyak orang yang semula nggak bisa ngelinting jadi blajar ngelinting. Alhamdulilah toko kita selalu ramai. Di masa pandemi ini orang tidak kuat lagi beli rokok pabrikan. Mereka lalu beralih ke tingwe yang lebih murah dan rasanya juga sama. Alhamdulilah bisnis kita semakin berkembang. Omzet perhari bisa 400 hingga 500 ribuan naik turun,” papar Ratih.
Toko tembakau Artoombo ada sekitar 150 jenis yang dijual. Tembakau-tembakau itu mulai dari varietas lokal Kalituri dan sselopuro. Serta tembakau impor di antaranya Djarum Super 12, Surya Tuwo, Surya Super, LA MILD, Promild, Signature, Samsu redvil, SK TIS, Duren Simadu, Mole Sampoerna dan cerutu.
Menurut Ratih, harga tembakau bervariasi tergantung dengan jenisnya. Namun dibanding dengan rokok pabrikan, tembakau tingwe jelas lebih murah. Rasanya pun tak jauh beda dengan rokok dari pabrikan. Dengan uang 10 ribu hingga Rp 15 ribu, konsumsen sudah mendapatkan 1 ons tembakau tingwe tergantung jenis.
“Kami mengambil jenis-jenis tembakau yang disini peminatnya rame. Karena tembakau itu di Malang rame disini belum tentu rame. Untuk yang lokal, orang sini banyak yang suka sama tembakau Kalituri dan Selopuro,” jlentreh Ratih.
Kesulitan ekonomi akibat pandemi membuat tingwe saat ini tak hanya diminati kaum tua. Kaum muda pun kini banyak yang juga menggandrungi tingwe. Kecanduan tingwe bukan lagi soal rasa tapi terkait dengan seni ngelinting rokok.
Baca Juga : Ancaman Wali Kota Eri soal Seragam Sekolah Tak Digubris, Fraksi PDIP Surabaya Bergerak
“Ada sensasi tersendiri yang membuat orang semakin cinta dengan tingwe. Setiap tembakau memiliki cita rasa dan aroma yang berbeda. Cara melintingnya itu semakin membuat orang suka dengan tingwe. Terlebih setiap tembakau juga memiliki karakter berbeda. Inilah tingwe, unik,” tukasnya.
Ratih menambahkan, Kecamatan Talun adalah daerah yang bertetangga dengan Kecamatan Selopuro. Kecamatan Selopuro sejak dahulu dikenal sebagai daerah penghasil tembakau. Kondisi ini berpengaruh terhadap minat konsumen yang menyukasi tembakau lokal.
“Peminat tembakau lokal cukup banyak. Banyak orang sini yang suka dengan tembakau kalituri dan selopuro. Tembakau ini rasanya ampek, tapi untuk levelnya dibanding kalituri lebih ampek selopuro. Selopuro ini sekarang lagi naik daun, tak hanya Blitar tapi juga di Malang, Tulungagung dan daerah lainya,” jelasnya.
Niken dan Ratih ingin bisnis tembakau yang digeluti ini kedepan terus berkembang. Selain semangat untuk terus belajar tentang tembakau, kakak beradik ini juga bercita-cita untuk membuka cabang.
“Kita melihat bisnis tembakau ini akan terus jalan. Karena kebanyakan orang merokok itu sudah seperti kebutuhan pokok,” pungkas Ratih. (Adv/Kmf)