JATIMTIMES -Lewat Karya Tulis Ilmiah (KTI) berjudul "Emospot Berbasis Titik Kuantum Nanoteknologi dan Akupuntur sebagai Strategi Pemulihan Kesehatan Mental Masyarakat di Era New Normal", 3 mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam tim Emospot, meraih prestasi membanggakan tingkat nasional.
Dalam lomba KTI yang digelar oleh Forum mahasiswa penerima bidik misi dan KIP kuliah, Universitas Negeri Malang (FORMADIKSI UM), Tim Emospot meraih juara kedua dalam Lomba karya tulis ilmiah dan esai mahasiswa penerima bidik misi dan KIP kuliah tingkat nasional tahun 2021.
Baca Juga : Kenalkan FITK, UIN Malang Gelar PBAK Fakultas 2021
Ketua Tim Indri Febriani menjelaskan, jika judul konsep yang diusung, dalam aplikasinya berupa pengintegrasian nanoteknologi dan akupuntur sebagai strategi pemulihan kesehatan mental masyarakat di masa pandemi COVID-19.
"Produk inovasi yang kami usung bernama Emospot, di mana terdiri dari 3 bagian utama: emospot memiliki 3 bagian utama, yaitu Quantum Dots (QDs) atau titik kuantum, smart silicon dan sisi perekat," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, jika aspek modifikasi produk terletak pada bagian penyusunnya, yaitu bagian smart silicone yang memiliki kemampuan untuk dapat bereaksi dengan suhu tubuh manusia. Smart silicon akan berubah warna dari yang semula abu tua, perlahan memudar hingga batas maksimal yaitu bening. "Smart silicone akan berubah warna seiring dengan peningkatan suhu tubuh akibat aktivitas fisik," tuturnya.
Adapun cara kerja emospot, dipaparkan Indri dengan mengirimkan cahaya spesifik ke tempat emospot ditempelkan. Kemudian elemen nanokristal mengubah panas tubuh menjadi radiasi cahaya untuk dikirimkan ke sistem saraf. Radiasi tersebut nantinya akan mempercepat komunikasi antar sel untuk membantu dalam mengurangi permasalahan kesehatan mental.
"Keunggulan emospot dapat ditinjau dari bentuknya yang simple dan trendi dengan diameter 16 mm dan tebal 0,3 mm. Emospot juga tidak menggunakan sistem baterai, tidak berbekas saat digunakan, waterproof dan tahan lama hingga dua tahun," terangnya.
Sementara itu, dalam penyusunan KTI, pihaknya tak sendiri. Dalam tim terdapat 3 orang anggota yang merupakan mahasiswa FMIPA. Selain dirinya, anggota lainnya adalah Alfi Maghfiroh Putri dan Fami Israyusnita.
Dalam proses KTI, disampaikan juga tidaklah mudah. Selain harus menghadapi 29 tim lain dari 17 perguruan tinggi di Indonesia, pandemi Covid-19 yang masih belum usai juga menjadi kendala tersendiri.
Baca Juga : BPJS Kesehatan Berikan Layanan Pandawa di Tengah Pandemi, Peserta JKN-KIS Lebih Nyaman
"Selain kendala pandemi Covid-19, kendala yang dihadapi adalah komunikasi antar tim. Dikarenakan terdapat beberapa kesibukan masing-masing, sehingga intensitas virtual meet relatif sedikit," ujarnya.
Meskipun begitu, hal tersebut tak lantas menurunkan semangat tim. Dengan segala daya upaya, dirinya bersama tim menyiasati kendala tersebut dengan menyusun jadwal diskusi bersama internal tim maupun dosen pembimbing.
"Kami sesuaikan, dengan kesibukan masing-masing anggota. Hal ini terbukti efektif dan memberikan kelancaran dalam proses pengerjaan KTI," pungkasnya.