JATIMTIMES - Toko tembakau rajangan atau lintingan milik Abah Asrofi di ruko Jalan Tuliskriyo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, tak pernah sepi. Pembeli hilir-mudik ke tokonya meskipun pandemi covid-19 belum juga pergi hingga hari ini.
Sepetak tokoAbah Asrofi berada di tepi jalan utama. Barang dagangannya tertata rapi. Tembakau yang disajikan pun lengkap. Mulai dari Kalituri, Virginia, Garut, Paiton, Podey hingga tembakau lokal khas Blitar Selopuro.
Baca Juga : Masuk PPKM Level 3, Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Tulungagung Tunggu Hasil Rakor Satgas Covid-19
Harga tembakau cukup terjangkau. Rata-rata per ons dibanderol dengan harga Rp 15 ribu. Jika dilinting sendiri, per ons bisa jadi 100 batang rokok.
Ya, tren melinting rokok atau tingwe (ngelinting dewe) belakangan kembali menjadi tren. Terlebih di masa pandemi covid-19, banyak perokok yang meninggalkan rokok pabrikan dan beralih ke rokok tingwe.
Ada yang sejak awal gemar merokok tingwe. Namun ada juga yang ikut-ikutan karena kantong mulai menipis akibat pandemi yang berdampak luar biasa terhadap sektor sosial ekonomi.
Pergeseran tren ini menjadi berkah tersendiri bagi pemilik toko tembakau tingwe. Abah Asrofi misalnya, dia mengaku omzetnya naik tajam di masa pandemi covid-19.
“Alhamdulilah, omzet saya meningkat tajam di masa pandemi. Bila sebelum pandemi per hari omzet Rp 500 ribu, sekarang bisa Rp 1,5 juta,” kata Asrofi kepada JATIMTIMES, Rabu (1/9/2021).
Sebelum rokok pabrikan menjamur, melinting tembakau adalah perilaku yang membudaya di kehidupan sehari-hari puluhan tahun silam. Orang zaman dulu menggulung tembakau dengan papir atau kertas rokok secara manual. Budaya ngelinting itu kini muncul kembali di kalangan orang tua dan anak muda.
Baca Juga : Jawa Timur Bebas dari Zona Merah Covid-19
“Tingwe ini jadi pilihan karena irit di kantong. Di samping itu ada sensasi tersendiri yang membuat orang semakin cinta dengan tingwe yakni seluk beluk tembakau. Persoalan teknis seperti cara melinting tembakau sampai ke tingkatan memperlakukan tembakau. Setiap jenis tembakau memiliki karakter berbeda sehingga perlu perawatan yang berbeda pula. Inilah keunikan dari tingwe,” imbuhnya.
Sementara itu, Muklis, salah seorang penikmat rokok mengaku dirinya mulai beralih ke tingwe di masa pandemi covid-19. Selain hemat pengeluaran, melinting rokok sendiri sangat mengasyikkan.
“Sebelumnya saya merokok rokok dari pabrikan. Karena pandemi kita sudah tidak mampu lagi beli rokok pabrikan. Akhirnya beralih ke tingwe agar bisa irit. Selain itu, tingwe ada seninya,” pungkas Muklis.