JATIMTIMES - Petani porang lesu pada musim panen kali ini. Itu karena harga tanaman yang masuk jenis umbi-umbian itu anjlok ke angka 7.000 rupiah setiap kilogram.
Salah satu pemasok porang yang meratapi jatuhnya harga adalah Ahmad, warga Sidoarjo. Ia mengaku sebelum harga porang anjlok, bisa kirim porang ke pabrik di Madiun sekitar 10 ton (porang basah). Namun kini Ia kesulitan mencari porang untuk dikirim ke pabrik di Madiun karena harganya yang drastis.
Baca Juga : Dua Calon Siap Bertarung, Musda KNPI Tulungagung Justru Terkatung
"Harga sekarang berat buat saya pemasok porang basah dari luar Jawa. Untuk kirim ke pabrik di Jawa, kami kalah di ongkos. Belum petani di daerah NTT. Mereka tidakmau panen porangnya karena harga turun drastis," ungkap Ahmad, Senin (30/8/2021).
Ahmad mengaku selama ini membeli porang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, karena harga porang sekarang anjlok di angka Rp 7.000 setiap kilogram, petani di NTT tidak mau memanen porangnya.
"Pabrik Jawa cuma terima 7.000 per kilo. Otomatis kalau pasok dari NTT, kami harus beli 4.000 rupiah per kilogram di petani. Petani tidak mau panen karena harga tidak sesuai dengan modal kerja mereka," tambahnya.
Selain itu, Ahmad menyinggung Kementerian Pertanian dan pemerintah yang kini menggalakan para petani untuk menanam porang. Namun, pabrik membelinya dengan harga rendah.
Baca Juga : Terkait Penambahan Tempat Tidur ICU di RS Rujukan Kota Batu, Masih Menunggu Hasil Pengajuan
"Percuma Kementan atau pemerintah mau menggalakkan budidaya porang kalau harga pembelian pabrik cuma di angka 7.000," tutupnya.
