JATIMTIMES - Peduli terhadap sesama, sekiranya itulah yang ada di benak Widarto (37), warga Desa Sukolilo, Kecamatan Jabung yang sehari-hari menjalani profesi sebagai seorang relawan. Bahkan, mungkin tidak hanya di dalam benaknya saja untuk bersikap peduli. Namun sepertinya, kepedulian itu sudah tertancap di hatinya.
Sebelumnya, tak muncul dalam benaknya ia akan menjadi relawan covid-19 seperti yang dijalankannya sekarang. Mengevakuasi bahkan memakamkan ratusan jenazah covid-19 yang bukan tidak mungkin ditakuti sebagian masyarakat lantaran risiko tertular yang tinggi.
Baca Juga : Covid-19 Varian AY.12 Muncul di Israel, Turunan Terbaru Setelah Delta Plus
Bahkan hingga kini, pria yang akrab disapa Bablo itu memilih tetap bertahan sebagai relawan. Padahal, banyak diantara rekannya yang memilih mundur sebagai tim relawan pemulasaraan jenazah semenjak kemunculan varian delta dan varian covid-19 lainnya yang disebut lebih ganas dalam penularannya.
Pria kelahiran Pujon 9 Maret 1984 menyebut jika yang dia kerjakan itu merupakan panggilan hati. Meski pernah merasakan kengerian, namun dia memilih untuk tetap berdampingan menanggulangi pandemi ini.
Dia pun bercerita jika aktivitasnya sebagai relawan saat ini sangat padat dibandingkan saat sebelum pandemi. Masuk ke dalam Tim 8 Pemakaman Satgas Covid-19 Kabupaten Malang, Bablo biasanya bertugas mengevakuasi jenazah pasien Covid-19. Mulai dari menjemput dari Rumah Sakit (RS) se-Kabupaten Malang hingga proses pemakaman. Tentu semua harus dilakukan secara protokol kesehatan.
"Saat ini tugas saya menjemput, mengevakuasi jenazah Covid-19. Sampai memakamkan juga. Dalam satu hari, bisa 8 sampai 10 jenazah yang harus saya antar hingga memakamkan," ujar Bablo saat ditemui di sela waktu dia bertugas belum lama ini.
Risiko tertular Covid-19 jelas ia hadapi. Namun ternyata, hal itu tidak membuat semangatnya surut. Bermodal tekad dan mengaku karena panggilan hati, tugas berisiko itu tetap ia lakukan. Apalagi, dengan beredarnya kabar muncul varian baru, ternyata membuat sebagian rekan relawannya memilih untuk mundur untuk menjadi petugas evakuasi jenazah pasien Covid-19.
"Bagaimana lagi, saya terpanggil untuk bisa berkontribusi dalam penanganan musibah pandemi ini. Ya harus kami lakukan, mengantar hingga mengebumikan jenazah tersebut. Kalau risiko jelas ada, tapi ya memang itu risikonya," imbuh Bablo.
Pria yang sehari-hari juga aktif sebagai anggota tim reaksi cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang ini mengaku bahwa aktifitas yang ia jalani sebagai relawan Covid-19 ini, bukan perkara iming-iming honor atau insentif. Ia mengaku, mendapatkan ucapan terima kasih dari keluarga korban pun, sudah membuatnya cukup puas.
"Ini bukan soal insentif atau honor. Ada atau tidak saja kami tidak tahu. Yang saya tahu, saya harus berbuat, karena saya lihatnya kasihan," terangnya.
Baca Juga : Catatan Kecil Tentang Pahlawan Covid-19 (1)
Saat ini, di rumahnya yang ada di Desa Sukolilo Kecamatan Jabung, ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Tentu, sebelum pulang ke rumah setelah bertugas, ia mensterilkan dirinya terlebih dahulu. Demi anggota keluarga agar tetap aman berada di rumah.
"Saya sterilkan dulu sebelum pulang. Dan benar-benar prokes (protokol kesehatan). Kalau orang rumah sendiri juga memberi support. Yang penting pesannya harus hati-hati dan waspada," ujarnya.
Bukan hanya berisiko tertular Covid-19 saja yang harus ia hadapi bersama timnya. Namun risiko penolakan dari warga atas pemakaman menggunakan prokes juga ia hadapi. Ia menceritakan, saat ini terhitung sudah empat kali ia mendapat penolakan saat akan mengantar dan memakamkan jenazah Covid-19 menggunakan prokes. Bahkan juga sempat hampir menjadi bulan-bulanan warga.
"Ya pernah mas kita hampir ditolak. Hampir dipukulin orang satu kampung juga pernah karena kami akan memakamkan jenazah pasien Covid-19 secara prokes. Sampai sekarang sudah empat kali. Di Pakis, Pamotan (Kecamatan Dampit), Pagelaran dan Gondanglegi," terang dia. Bahkan ia juga mengaku siap jika nyawanya harus dikorbankan karena terpapar Covid-19.
Namun ia enggan menjelaskan secara rinci berapa honor yang ia terima selama bertugas menjadi relawan Covid-19. Dia hanya menyebut jika dirinya sudah bersyukur dan merasa cukup atas hasil yang ia dapat dari relawan.
"Kalau tahun lalu, kami terima (insentif) 6 bulan sekali. Tapi yang saya rasakan selama menjadi relawan, hasilnya sementara sudah cukup," pungkasnya.