INDONESIATIMES - Upaya dalam menangani pandemi Covid-19 saat ini tengah dilakukan oleh negara-negara dengan kasus aktif yang masih tinggi. Salah satunya yakni China yang disebut kembali kelabakan dalam menangani kasus Covid-19 varian Delta.
Dalam hal ini, regulator obat China telah menyetujui uji coba pertama untuk mencampur vaksin Covid-19 buatannya yakni Sinovac dengan vaksin buatan Amerika Serikat (AS) Inovio. Melansir melalui AFP, menurut mitra vaksin Inovio di China, Advaccine Biopharmaceuticals Suzhou, uji coba akan menguji kemanjuran penggabungan vaksin inaktif yang dibuat oleh Sinovac dengan yang berbasis DNA yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS, Inovio.
Baca Juga : Ke Surabaya, Warga Jombang belum Bisa Gunakan KA Lokal di Masa PPKM
Ini merupakan uji coba vaksin campur pertama di negeri tirai bambu tersebut. Menurut perusahaan yang terlibat dalam studi, percampuran vaksin ini dilakukan karena penyebaran virus corona varian Delta yang sangat cepat.
Sehingga, mereka sangsi dengan kemanjuran vaksin yang diproduksi di dalam negeri itu sendiri. Ketua Advaksin Wang Bin mengungkapkan berdasarkan uji praklinis, pencampuran vaksin yang berbeda ini diklaim dapat menghasilkan imun yang lebih kuat.
"Dua aplikasi vaksin yang berbeda...menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan lebih seimbang," ungkapnya.
Vaksin Covid terdiri dari beberapa jenis, termasuk menggunakan virus yang dilemahkan untuk menghasilkan respons kekebalan. Kendati demikian, banyak varian vaksin yang telah menggunakan teknologi lebih baru berbasis RNA atau DNA.
Vaksin jenis itu menggunakan versi rekayasa dari kode genetik virus Covid-19 untuk membuat protein yang dengan aman memicu respons imun. Terdapat 5 dari 7 vaksin yang disetujui di China adalah suntikan vaksin inaktif.
Namun, kemanjuran jenis vaksin itu tertinggal dari suntikan RNA milik Pfizer-BioNTech dan Moderna. Keduanya diketahui memiliki tingkat efikasi di atas 90 persen sebelum kemunculan varian Delta.
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa belum cukup data untuk menyatakan keamanan penggunaan 2 jenis vaksin yang berbeda secara bersamaan atau memang dapat meningkatkan kekebalan.
Baca Juga : 6 Rekomendasi Smartphone Harga Rp 2 Jutaan
Untuk diketahui, vaksin Inovio sendiri memang masih belum mempublikasikan data kemanjuran apa pun dari uji klinis globalnya. Ini merupakan vaksin berbasis DNA pertama yang diuji coba di China.
China sendiri sedang berjuang melawan wabah virus corona terburuk dalam beberapa bulan. Para pejabat mengatakan banyak di antara mereka masih terinfeksi walau telah melakukan vaksinasi.
Hal itu juga menjadi seruan untuk 2 produsen vaksin terbesar China yaitu Sinopharm yang dikelola negara dan Sinovac milik swasta untuk memberikan data yang membuktikan vaksin mereka ampuh melawan varian Delta.
Hingga kini bahkan, Beijing belum menyetujui vaksin asing untuk penggunaan dalam negeri. Sampai berita ini diturunkan, sayangnya masih belum diketahui bagaimana hasil uji coba capuran vaksin sinovac dengan inova tersebut.