MALANGTIMES - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, membuat sektor pariwisata di Kota Malang terdampak. Kampung-kampung tematik yang kerap menjadi jujugan wisatawan sepi pengunjung.
Bahkan, dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang kini berganti menjadi PPKM Level 4 membuat destinasi wisata seakan menjerit. Sebab, area wisata masuk dalam aturan pembatasan dan harus ditutup sementara.
Baca Juga : Protes Adanya PPKM, IMM Turun Jalan Bawa 9 Tuntutan
Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Isa Wahyudi mengatakan, berbagai kegiatan yang telah direncanakan untuk digelar di setiap kampung tematik bahkan juga harus ditunda. Hingga kegiatan studi banding harus dihentikan sementara.
"Di awal Covid-19 tahun 2020 itu, kita (kampung tematik) terpuruk. Pertama, pengunjung langsung berkurang. Kedua banyak event yang diagendakan harus tertunda begitu saja. Ketiga kegiatan kerja sama, seperti dalam konteks studi banding antar kampung tematik atau antar daerah itu berhenti begitu saja," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Ki Demang ini mengungkapkan, kondisi tersebut bermula sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Meski sempat mulai pulih menjelang akhir tahun 2020, namun saat ini destinasi wisata seakan kian terpuruk.
Ia menyebut, di tahun 2021 ini, banyak tantangan yang harus dilakukan untuk pemulihan destinasi wisata di Kota Malang. Apalagi, okupansi di setiap Kampung Tematik kini kosong.
"Di awal tahun 2021, awal adanya PPKM Mikro itu, kunjungan wisata kita hanya 10 persen saja. Walaupun itu diperbolehkan dengan membuka kunjungan hanya 50 persen. Jadi memang tidak banyak (pengunjung) karena kondisinya ini (pandemi Covid-19). Saat ini kita hanya pasrah," ungkapnya.
Baca Juga : Inisiasi Masyarakat Membuat Sentra Vaksinasi sebagai Social Responsibility Serta Dukungan bagi Pemerintah
Ki Demang menjelaskan, matinya kunjungan wisata di Kampung Tematik ini, karena sebagian besar pelajar maupun mahasiswa belum beraktivitas seperti biasanya. Di mana banyak yang masih melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini karena kebanyakan pengunjung biasanya merupakan mahasiswa dari luar daerah.
"Karena mahasiswa tidak ada (selama pandemi Covid-19). Itu akhirnya turun drastis (tingkat kunjungan wisata kampung tematik). 30 persen kunjungan saja itu luar biasa sekali," tandasnya.