MALANGTIMES - Program Rumah Ibadah Bergerak yang diinisiasi sejumlah komunitas di Malang terus berjalan melangkah menggandeng dukungan sejumlah pihak, utamanya para ulama. Kali ini, panitia Rumah Ibadah Bergerak mengunjungi Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, di Pondok Sabilurrosyad, Gasek, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Seperti diketahui sebelumnya, jika Program Rumah Ibadah Bergerak ini merupakan gerakan dalam membangun kesadaran untuk menghadapi covid yang sudah banyak memakan korban jiwa.
Baca Juga : Pemilik SPI Kota Batu Jadi Tersangka Kekerasan Seksual, Komnas PA Dukung Hukuman Seumur Hidup
Selama ini, rumah ibadah selalu menjadi sasaran tembak ketika ada kegiatan pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Masjid, gereja, pura, vihara, ataupun kleteng selalu diminta untuk ditutup. Sebab tempat-tempat ibadah ini dianggap sebagai salah satu pusat persebaran Covid-19.
Padahal, dengan sumberdaya yang dimiliki, kultur kuat, dan ikatan emosional yang lekat dengan masyarakat, tempat ibadah bisa menjadi subyek dalam mengatasi pandemi. Mulai dari membangun kesadaran masyarakat untuk menegakkan protokol kesehatan (prokes), memberdayakan ekonomi warga, hingga mengatasi problem kesehatan warga sekitar tempat ibadah.
Munculnya konsep memberdayakan masjid ini digawangi serta diinisiasi oleh beberapa aktivis sosial di Malang. Yakni mantan rektor Universitas Brawijaya (UB) yang juga pengasuh Ponpes Baghrul Magfiroh Prof. Muhammad Bisri, Soetopo Dewanggo, Laily Fitriyah Liza Min Nelly, Koordinator Pengaduan Pelayanan Publik Malang Raya Sudarno, serta Direktur JatimTimes Lazuardi Firdaus.
Gerakan memberdayakan masjid ini kemudian mendapatkan dukungan penuh dari Koordinator Lira Malang Raya Muhammad Zuhdy Achmadi, akademisi UIN Maulana Malik Ibrahim Zaenal Habib, pengusaha Agus Susanto dan beberapa pihak lain.
KH Marzuki Mustamar yang juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad menanggapi program tersebut mengatakan, jika langkah yang dilakukan oleh teman-teman komunitas ini sangatlah bagus. Akan tetapi ditegaskannya, dalam program ini haruslah banyak berkoordinasi dengan banyak pihak.
"Jangan dewe-dewe (sendiri-sendiri) harus dikoordinasikan," bebernya.
Selain itu, ditegaskannya juga, jika dalam pelaksanaan di masyarakat, tentu haruslah dilakukan dengan rasa tulus dan penuh keikhlasan. Pihaknya menyampaikan pesan, agar kegiatan sosial seperti ini tidak sampai ditunggangi atau disisipi kegiatan politik.
"Ojo sampe ono politik e (jangan sampai disisipi politik), harus tulus, jangan dipakai untuk sosialisasi diri (dalam hal politik). Kalau dipakai politik, saya teriak," tegasnya.
Baca Juga : Memoriam Ketua KPU Tulungagung: Beliau Sosok Baik dan Dewasa
Salah satu penggagas program, Nelly Yahya menjelaskan, jika silaturahmi ini memang dilakukan untuk meminta doa dan dukungan kepada masyarakat, utamanya para ulama agar dalam pelaksanaan kegiatannya bisa berjalan dengan lancar dan benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat.
"Makanya kita gencar silaturahmi, karena dukungan ini dari masyarakat untuk masyarakat," jelasnya.
Selain memberikan bantuan sembako dan kebutuhan lain bagi masyarakat terdampak Covid-19, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman terhadap masyarakat tentang apa itu Covid-19 dan bagaimana untuk menanggulanginya.
Dengan memahami apa Covid-19 dan bagaimana cara menanggulangi, tentu hal tersebut akan menjadi bekal bagi masyarakat dalam partisipasi untuk menanggulangi pandemi Covid-19 ini.
"Walaupun kita juga menyumbangkan tabung oksigen, tapi dengan begini, masyarakat paham, maka ya kami harapkan misalnya seperti tabung oksigen ini tidak terpakai, karena semua sehat," bebernya.