MALANGTIMES - Membanggakan, kiranya kata itu bisa tersematkan dalam produk-produk karya buatan lokal pelaku usaha di Kota Malang. Bagaimana tidak, eksistensi bidang industri kriya dan fesyen di kota pendidikan ini bahkan tembus pasar Internasional.
Wali Kota Malang Sutiaji mengapresiasi karya-karya lokal yang mampu terus berinovasi dan mengembangkan produk hingga dikenal meluas ke dunia global. Hal ini sebagai pembuktian, bahwa Kota Malang mampu bersaing di kancah internasional, khususnya di sektor industri kriya dan fesyen.
Baca Juga : Tambah Fitur Shop Module, Main Twitter Bisa Sekalian Shopping Nih
"Kota Malang punya potensi ekonomi kreatif (ekraf) yang luar biasa. Harapan kami di era globalisasi dan digitalisasi semua industri di Kota Malang akan berbasis teknologi. Malang termasuk menjadi kota kreatif, nanti tentu akan ada sisi lain yang bisa mengantarkan, seperti e-comerce-nya," ujarnya.
Sutiaji menambahkan, perkembangan ekonomi Kota Malang yang tumbuh secara anomali tidak lepas dari peran ekonomi kreatif. Sehingga sektor ekonomi kreatif akan terus dikuatkan guna menyokong ekonomi Indonesia.
"Ekonomi kreatif yang sekarang menjadi primadona pertumbuhan ekonomi di Indonesia," terangnya.
Salah satu produk fesyen buatan Kota Malang yang mampu tembus pasar Internasional, yakni House of Diamonds (HoD). Mengusung konsep sociopreneurship, HoD diciptakan oleh dua bersaudara Nur Cholidah (Ida) dan Noor Fadillah (Lila).
Keduanya, berupaya membawa dampak sosial dan berkelanjutan atas permasalahan di lingkungan sekitarnya. Yakni, dengan mengajak ibu-ibu di wilayah sekitar agar mendapatkan penghasilan dengan bekerja dari rumah masing-masing.
"Intinya kami ingin berkontribusi menyejahterakan mereka. Awalnya kami mulai dengan hanya dua orang, kemudian setelah belajar dan melakukan riset pada 2015, kami memulai kembali HoD setelah berhenti kurang lebih dua tahun. Lalu kami berkembang hingga 16 orang pengrajin yang aktif bekerja dan mendapat pelatihan," ujar Ida.
Saat ini, karyawan yang membantu dirinya totalnya sudah mencapai 30 orang, di mana sebagian bekerja sebagai freelance. Mereka terlibat dalam pembuatan produk-produk tekstil, seperti selimut, bed cover, hingga home ware.
Baca Juga : 2 Tersangka Pelecehan Seksual Belum DItangkap, Kopri PC PMII Sampang Geruduk Mapolres
"Ada kimono, scarves, bandana, clutch, masker, istilahnya proyek-proyek gampang yang bisa dikerjakan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam HoD. Semua produknya handmade dan slow fashion, karena belum memakai teknologi tingkat tinggi, kami masih mengerjakan secara manual," jelasnya.
Produk karya HoD ini kini semakin luas dengan pemasaran hingga ke luar negeri. Seperti Inggris, Amerika Serikat, Canada, Australia, Singapura, Taiwan, hingga Finlandia. Bahkan, membuka reseller di luar negeri.
"Kami juga jadi produsen toko-toko retail yang mendukung bisnis kecil berbasis komunitas. Itu banyak sekali di luar negeri, sehingga kami reach out (menjangkau) ke toko-toko atau organisasi yang membawahi retailer yang mau memanfaatkan produk lokal Indonesia, seperti di Canada ada satu, Amerika ada tiga, Australia ada satu, di Singapura ada tiga," imbuhnya.
Menurut Ida, pandemi Covid-19 membuat dirinya harus berinovasi dalam membuat karya. Salah satunya, dengan memproduksi masker kain bahan batik dan non-batik untuk dipasok ke beberapa toko wholesaler di luar Indonesia, Jakarta, dan Malang. Ia berharap ke depan bisa lebih efisien lagi dalam memproduksi dan memilih produk yang akan dijual. Tujuannya agar usaha HoD yang berbasis komunitas tetap bisa eksis.
"Saat kondisi mulai membaik, kami mulai jalan lagi pelan-pelan memproduksi produk. Namun tetap melihat kondisi pasar, jadi harus cermat bikin produk apa yang bisa di jual,” tandasnya.