TULUNGAGUNGTIMES - Pandemi covid-19 nampaknya menyisakan trauma tersendiri bagi masyarakat. Hal itu terlihat dari beberapa kasus di Kabupaten Tulungagung. Di mana masyarakat kebanyakan ogah untuk berobat ke rumah sakit selama pandemi berlangsung.
Banyaknya orang sakit yang menolak dibawa ke rumah sakit itu pun menjadi kendala baru bagi relawan di desa. Hal ini disampaikan oleh beberapa kepala desa di Tulungagung yang menceritakan jika angka kematian mengalami peningkatan, meski dari data rumah sakit tercatat ada penurunan angka kematian.
Baca Juga : Covid-19 Varian Delta Menyebar Luas, China Terapkan Lockdown Parsial
Salah satu kepala desa, Suad Bagyo Kades Jarakan Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung mengungkapkan, jika masyarakat mengalami ketakutan saat sakitnya semakin parah dan menolak dibawa ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit.
"Bukan turun (tingkat kematian), masyarakat menahan diri lebih baik meninggal di rumah dari pada di rumah sakit karena terlalu rumit antre mobil jenazah," kata Suad, Jumat (30/07/2021).
Ia mengungkapkan pengalamannya selaku kepala desa saat mengurus kematian warganya yang meninggal di rumah sakit beberapa waktu lalu.
"Daftar antrean pemulasaraan tidak jelas, peti yang tidak ada, ambulans terbatas. Saat kami membawakan dan menyiapkan peti dan ambulans mandiri, jawabannya apa? Katanya menunggu ganti shif juru mandi dan seterusnya," ujarnya.
Bahkan, pada Kamis (29/07/2021) malam warga di Desa Jarakan ada yang meninggal dunia karena menolak dibawa ke rumah sakit.
"Lingkungan geger, relawan desa bingung," paparnya.
Baca Juga : Sinopsis Ikatan Cinta RCTI 30 Juli 2021, Andin Dapat Bukti Baru soal Kasus Pembunuhan Roy dari Olivia
Disebutkan, begitu meninggal warga hanya menyiapkan alat untuk memandikan. Namun, hingga malam hari tidak ada warga yang berani mendekat, apalagi memulasarakan jenazah warga yang menolak di lakukan swab untuk mengetahui positif atau negatifnya Covid-19 di tubuhnya. Bahkan, begitu sakit semakin parah juga tetap menolak dibawa ke rumah sakit.
"Karena dilingkungan warga kami yang meninggal ini ada beberapa orang positif Covid-19, jadi setelah meninggal warga juga takut mendekat. Saat keluarga sudah menyiapkan alat mandi warga juga tak mau memandikan. Hingga, pagi hari ini baru relawan yang memandikan dengan APD lengkap lalu diteruskan memakamkan siangnya," jelasnya.
Dengan kejadian ini, Suad berharap agar sosialisasi dan pelayanan terhadap masyarakat terkait urusan Covid-19 ditingkatkan.
Kepala desa yang juga mantan wartawan ini meminta seluruh pihak dapat duduk bersama menyamakan persepsi untuk mengatasi ketakutan masyarakat yang semakin hari semakin akut.