INDONESIATIMES - Virus covid-19 kini kian meraja rela. Bahkan, varian baru covid-19 mulai terdekteksi di tanah air, yakni Delta Plus.
Covid-19 varian Delta Plus ini, telah diidentifikasi di lebih dari 10 negara. DIlansir melalui Medical news today, varian ini juga dikenal dengan B.1.617.2.1 atau Ay.1.
Baca Juga : Cara Menghasilkan Uang melalui Buzzbreak
Varian Delta plus merupakan turunan dari varian Delta, dengan satu-satunya perbedaan yang diketahui adalah mutasi tambahan, K417N, pada protein lonjakan virus, protein yang memungkinkannya menginfeksi sel-sel sehat.
Mutasi ini juga ditemukan pada varian Beta dan Gamma, yang pertama diidentifikasi oleh peneliti di Afrika Selatan dan Brazil. Varian Delta Plus mulai muncul di database global pada pertengahan Maret. Dan pada 26 April kasus tersebut ditemukan di Inggris.
Munculnya varian tersebut membuat Inggris melarang perjalanan internasional pada 4 Juni. Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) pertama menyatakannya sebagai variant of consern (VOC) dalam pengarahan 11 Juni. Dan pada 22 Juni, otoritas India mengikutinya.
Apa Perbedaan Delta Plus dengan Delta?
Disebutkan bahwa Delta Plus berbeda dari Delta karena mutasi ekstra (K417N) terletak di protein lonjakan, yang menutupi permukaan virus SARS-CoV-2. Delta Plus merupakan mutasi lebih lanjut dari varian Delta yang berasal dari India.
Varian ini pertama ditemukan di Maharashtra dan bertanggung jawab atas sebagian besar infeksi covid-19 di wilayah itu. Varian Delta Plus diduga memicu gelombang ke-3 covid-19 di negara bagian barat India karena mutan virus ini juga bisa menyebabkan gejala parah dan rawat inap.
Terlepas dari gejala utama, varian Delta Plus bisa menyebabkan sakit perut, mual, kehilangan nafsu makan, muntah. Efek jangka panjangnya termasuk nyeri sendi dan gangguan pendengaran.
Varian Delta Plus ini telah ditemukan di 9 negara lain di seluruh dunia selain India. Kasus varian Delta Plus juga telah dilaporkan di Inggris, Portugal, Swiss, Polandia, Jepang, Nepal, China, India, dan Rusia.
Sedangkan varian Delta atau B.1.617.2 adalah sub-keturunan dari virus B.1.617. Varian Delta pertama ierdeteksi di India awal tahun ini.
Studi menunjukkan bahwa mutan virus ini 4 kali lebih menular varian sebelumnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengategorikannya sebagai varian yang menjadi perhatian (VOC).
Varian Delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dan telah menyebabkan wabah di beberapa negara lain. Selain itu, varian ini menyebabkan gejala yang lebih parah daripada jenis virus aslinya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia untuk mengobati covid 8 kali kurang efektif melawan varian ini. Kasus varian Delta juga telah dilaporkan di banyak negara di dunia.
Kekhawatiran Varian Delta Plus
INSACOG mencantumkan 3 kekhawatiran mengenai varian Delta plus:
1. peningkatan transmisibilitas
2. ikatan yang lebih kuat dengan reseptor sel paru-paru
3. potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.
Protein lonjakan bertanggung jawab untuk mengikat reseptor permukaan sel, memungkinkan virus tersebut masuk. Mutasi pada protein bisa memperkuat interaksi ini, yang dapat meningkatkan transmisibilitas, sesuai dengan 2 poin pertama.
Baca Juga : Cara Menghasilkan Uang melalui Baca Plus
“Delta Plus mungkin memiliki sedikit keuntungan dalam menginfeksi dan menyebar di antara orang-orang yang sebelumnya terinfeksi sebelumnya selama pandemi atau yang lemah atau tidak lengkap kekebalan vaksin,” kata ahli virologi Dr.Jeremy Kamil, dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Louisiana pada BBC.
Namun Jeremy juga mencatat bahwa ini tidak jauh berbeda dengan varian Delta. Pakar lain juga mengangkat poin ketiga, tentang potensi varian untuk mengurangi efektivitas perawatan antibodi monoklonal.
Hal ini termasuk terapi seperti terapi kombinasi bamlanivimab dan etesevimab dan REGN-COV2, yang menurut para peneliti bermanfaat dalam mengobati Covid-19 ringan hingga sedang ketika diberikan lebih awal selama perjalanan penyakit.
Bahkan, bukan hanya dikenal sebagai varian baru, varian Delta Plus ini juga memiliki kemampuan untuk menolak terapi antibodi monokional. Berdasarkan laporan tersebut, data awal menunjukkan vahwa varian ini menunjukkan tanda-tanda resistensi terhadap pengobatan antibodi monokional.
Untuk diketahui, pengobatan atau terapi anibodi monokional adalah salah 1 metode untuk Covid-19 yang baru-baru ini disahkan oleh Central Drugs Stnadard Control Organization (CDSCO).
Sebelumnya, Lembaga Biologi Molekular Eijkman menyebut telah mendeteksi 3 kasus varian Delta Plus di 2 wilayah Indonesia. Kedua wilayah tersebut ialah Mamuju (Sulawesi Barat) dan Jambi. Untuk diketahui, varian Delta Plus oleh WHO juga termasuk dalam salah satu varian covid-19 yang diwaspadai.
Tambahan istilah 'plus' pada varian Delta Plus ini menandakan jika varian tersebut telah mengalami mutasi lebih lanjut.