INDONESIATIMES - Cukup lama dinanti, Honda akhirnya mengumumkan nama untuk mobil listrik pertama mereka, yakni 'Prologue'. Rencananya, mobil listrik ini akan lebih dulu dijual di Amerika Serikat pada 2024 mendatang.
Mobil berjenis SUV (sport utility vehicle) ini merupakan hasil proyek kerja sama dengan General Motors (GM). Honda Prologue dirancang dengan menggunakan platform kendaraan listrik milik GM.
Baca Juga : Sumur ini Diyakini Jadi Tempat Berkumpulnya Arwah Orang Kafir Sebelum Dibangkitkan, Begini Penampakannya!
Mobil ini juga memakai teknologi baterai merek asal Amerika Serikat itu, yakni Ultium. Walau rangka dan jantung pacu buatan orang lain, Honda tetap mengemas eksterior dan interior sesuai bahasa desainnya sendiri.
Dilansir melalui Paultan, Honda mengatakan Prologue, sesuai namanya, akan mengawali transisi elektrifikasi perusahaan. Selain itu, Honda juga akan memperkenalkan serangkaian mobil listrik lainnya pada pertengahan dekade ini.
Selain Prologue, Honda menyatakan bakal segera merilis mobil listrik lain dengan emblem Acura untuk pasar Amerika Utara. Namun, sejauh ini nama mobil listrik Acura itu belum diketahui.
Pengumuman nama Prologue ini datang setelah Honda mengumumkan pemberhentian produksi Clarity versi fuel cell dan plug-in hybrid pada Agustus. Meski demikian, Honda memastikan tetap akan melanjutkan pengembangan mobil hybrid.
Baca Juga : Pertama Kali, UIN Maliki Malang Punya Duta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
"Kami tahu konsumen yang punya pengalaman baik dengan kendaraan hybrid akan berpeluang membeli kendaraan listrik pada masa depan. Strategi kami fokus memperkenalkan hybrid sebagai model ini dalam jangka waktu dekat, menjelang pengenalan Prologue," kata Dave Gardner, executive VP of American Honda.
Dijelaskan pula, di luar kerja sama dengan GM, Honda ternyata juga mengerjakan proyek mobil listrik menggunakan platform rancangan sendiri, e:Architecture. Pada April lalu CEO Honda Toshihiro Mibe mengatakan bahwa perusahaan berencana meningkatkan jumlah model listrik dan fuel cell menjadi 40 persen di pasar besar seperti Amerika Serikat dan China pada 2030. Persentase itu disebutkan akan meningkat menjadi 80 persen pada 2035 dan 100 persen pada 2040.