MALANGTIMES – Ketika banyak tuntutan dalam hidup datang satu per satu, itu menandakan seseorang tersebut mulai memasuki fase kedewasaan. Namun, dari banyaknya tuntutan hidup yang datang, ada beberapa yang bisa dipenuhi dan ada pula yang gagal terpenuhi.
Hal tersebut membuat seorang individu menjadi cemas, resah, gelisah, dan berujung membandingkan diri dengan standar lingkungannya. Sehingga, terjadilah yang namanya krisis emosional.
Baca Juga : Muncul Kebimbangan dalam Cinta dan Pilihan Hidup ke Depan
Krisis emosional tersebut disebut dengan quarter life crisis, yang sering dialami generasi usia seperempat abad atau 25 tahun dan pada rentang usia 20 tahun hingga 30 tahun. Quarter life crisis ini juga biasanya dimulai jika terjadi masalah dan muncul pertama pada hidup seorang dewasa muda.
Ada beberapa kondisi yang sering menjadi penyebab seseorang mengalami quarter life crisis.
Beberapa kondisi tersebut adalah:
1. Perencanaan karir dan masa depan
2. Mengalami masalah finansial
3. Mengalami masalah dalam hal pekerjaan
4. Menjalani hidup mandiri untuk kali pertama
5. Melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya lebih dulu
6. Menjalani hubungan romantis yang serius untuk kali pertama
7. Mengalami putus cinta setelah menjalani hubungan yang serius sekian lama
8. Membuat keputusan pribadi yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama
Selain beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya krisis emosional tersebut, ada pula tanda-tanda jika seseorang telah mengalami quarter life crisis, yakni:
1. Sering merasa cemas dan bingung akan masa depannya
2. Sulit membuat keputusan ketika dihadapkan pada beberapa pilihan
3. Merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai
4. Kurang motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari
5. Merasa iri dengan teman sebaya yang sudah lebih dulu mencapai impiannya
6. Sulit menentukan apakah harus menjalani hidup sesuai dengan keinginan diri sendiri atau sesuai dengan tuntutan keluarga dan masyarakat
7. Khawatir akan tertinggal dalam ketidakpastian hidup seorang diri
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nandy Agustin Syakarofath menjelaskan, ada berbagai aspek yang juga akan ikut terdampak jika seseorang mengalami quarter life crisis.
“Kalau kita mengalami krisis emosional, berbagai aspek di kehidupan kita juga ikut terdampak. Ketika memasuki masa-masa ini, akan ada berbagai respons yang dihadapi seseorang. Ada yang mengalami stres dan ada pula yang menganggap ini adalah sebuah tantangan dalam hidup yang harus dilewati,” ungkap Nandy.
Ketika seorang individu menganggap krisis emosional tersebut sebuah tantangan, maka dia juga akan berusaha maksimal agar dapat melewatinya. Sebab, dengan adanya tantangan tersebut, seseorang beranggapan akan melangkah ke level selanjutnya dalam kehidupan.
Baca Juga : Cara Membuka Pesan Tantan Tanpa Bayar Melalui Android
Namun, menurut Nandy, ada juga orang yang menganggap krisis emosional yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah hal yang luar biasa.
“Ada juga respons yang berbeda, menganggap hal ini luar biasa. Bukannya mencari solusi dari krisis yang dihadapi, tetapi malah pasrah dengan keadaan,” ujarnya.
Nandy juga memberikan beberapa solusi terkait dengan hal tersebut dari sudut pandang kajian ilmu psikologi. Pertama, seseorang harus terbuka dan jangan menutup diri.
Dari situ kemudian muncul keinginan untuk melangkah dan akan mulai menentukan jalan keluarnya. Cari tahu kelemahan dan kelebihan kita, potensi yang bisa dikembangkan dari diri kita, sehingga akan lebih mudah dalam menyusun strategi.
Kedua, temukan orang-orang yang bisa menjadi support system. Support system ini bisa dari keluarga ataupun sahabat dan orang terdekat dalam hidup kita.
Seseorang yang sedang mengalami quarter life crisis dapat mencurahkan dan berbagi cerita kepada teman terdekatnya akan permasalahan yang sedang dihadapi. Dan dari situ juga akan mendapatkan pandangan baru dalam menghadapi masalah dari sudut pandang yang berbeda.
Ketiga, dengan mempersiapkan finansial dan tabungan hidup. Ketika mengalami krisis emosional, seseorang juga akan dihadapkan dengan rasa insecure akan finansialnya. Biasanya rasa tersebut muncul ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak memiliki tabungan yang cukup untuk melangkah ke depan.