BANYUWANGITIMES - Kampung Mandar Banyuwangi dulu dikenal sebagai kawasan kumuh kotor dan tempat pembuangan sampah. Kemudian warganya dikenal keras, kasar, dan tidak ramah kepada para pendatang.
Namun, kini image buruk itu berubah. Kampung Mandar kini menjelma sebagai sentra kuliner ikan bakar di Banyuwangi. Tentu, sebagai pecinta kuliner, kebersihan kampung pun terjaga.
Baca Juga : Dolanan Sethek Ini Dulu Populer di Tulungagung, Begini Cara Mainnya
Menurut Hilmansyah, salah seorang tokoh pemuda Kampung Mandar Banyuwangi, saat ini daerahnya mampu menjadi daerah yang dikenal sebagai salah satu satu sentra kuliner favorit bagi berbagai kalangan warga Banyuwangi. Semua berawal dari kebersamaan, kekompakan, dan komitmen warga Mandar untuk mencari cara agar kampungnya terlepas dari zona merah penyebaran wabah covid-19.
“Alhamdulillah akhirnya dari zona merah turun ke zona oranye sampai akhirnya sekarang masuk zona hijau . Kami dengan warga sekitar sudah berkomitmen bahwa area yang menjadi tanggung jawab masing-masing warga sudah dipetakan,” ungkap Hilman.
Saat ini, ketika ada kotoran di depan rumah warga, otomatis itu menjadi tanggung jawab mereka. Tugas pengurus mengingatkan dan menegur bahwa itu memang porsinya mereka. Sehingga sesama warga saling bantu dengan dukungan dan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga dan memelihara kebersihan kampung.
Kemudian, untuk menumbuhkembangkan budaya ramah di kalangan warga, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), pemerintah kecamatan, dan kelurahan bersama dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) sudah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada warga sekaligus praktik bagaimana menyambut tamu. Warga diajari public speaking, bahkan bagaimana cara tersenyum.
Lebih lanjut, Hilman berharap ke depan Kampung Mandar mampu menghidupkan ekonomi di gang-gang untuk memberikan tambahan penghasilan bagi warga. Warga bisa memanfaatkan waktu orang menunggu ikan bakar yang harga per kilogramnya mulai dari Rp 20 ribu sampai dengan Rp 75 ribu. Waktu yang cukup lama untuk menunggu ikan bakar matang bisa dimanfaatkan dengan menghidupkan perekonomian di gang-gang.
Baca Juga : Kunjungi BLK-LN PT CKS, Wali Kota Sutiaji sebut Perlakuan Masih Wajar
“Saat orang beli ikan, akan menunggu diolah dan dibakar kurang lebih satu jam. Orang-orang akan berjalan-jalan ke gang-gang kampung dan harapan kami ingin seperti di Jepang. Di kanan kirinya jalan gang warga jualan aneka macam produk untuk oleh-oleh," kata Hilman.
Warga bisa bekerja sama dengan AKRAB yang menyuplai oleh-oleh seperti kaus dan batik. Warga juga bakal diberdayakan membuat pindang yang bisa menjadi oleh-oleh dari Mandar. "Kemudian ada ikan asap, ikan asin, aneka ragam makanan dan oleh-oleh yang berbahan dasar ikan,” pungkas Hilman.