BATUTIMES - Menanamkan cinta pada alam perlu didukung semua pihak. Upaya tersebut agar generasi mendapatkan edukasi moral serta mengenal peninggalan budaya leluhur.
Seperti yang dilakukan kaum difabel dalam membawa misi mendaki Gunung Arjuno Inklusi 2021. Mereka melewati jalur yang berkelok-kelok di atas gunung yang terletak di antara wilayah Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kabupaten Mojokerto. Dan, diperkirakan memakan waktu empat hari.
Baca Juga : Inspirasi Pakai Knit Cardigan untuk Tampil Beda dan Kekinian, Bisa Ditiru Nih!
Sebab, tidak hanya melihat kondisi alam yang eksotik dari atas gunung saja. Namun, upaya penting dalam penanaman nilai-nilai adiluhung, yaitu mengenalkan cagar budaya dan mengenal situs menyejarah dari ketinggian 1.339 meter dari permukaan laut (mdpl). Dengan cara mendokumentasikan tilasan-tilasan di masa lalu yang masih ada wujudnya.
Soal Misi Gunung Arjuno Inklusi memberikan makna pelibatan semua pihak tanpa terkecuali termasuk penyandang disabilitas atau difabel. Sebab, selama kelompok ini yang dinilai rentan tersebut, masih diidentikkan sebagian orang yang tidak mampu dan menjadi beban lingkungan.
Image buruk itu yang menyebabkan difabel kehilangan kesempatan di berbagai hal termasuk di bidang aktivitas kebudayaan dan lingkungan hidup. Maka, dalam Misi Gunung Arjuno Inklusi yang akan dilakukan adalah, pertama terkait kampanye mempertahankan warisan budaya luhur bangsa. Anggota tim pendakian akan menggali informasi situs atau petilasan dan mendokumentasikan serta mengimbau kepada masyarakat luas agar tidak melakukan vandalisme.
Kemudian, terkait lingkungan hidup anggota tim pendakian akan melakukan aksi pungut sampah di sepanjang jalan pendakian. Lalu, tim juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk kegiatan penghijauan lokasi mana dan jenis tanaman apa yang diperbolehkan untuk ditanam.
Kertaning Tyas Ketua Pembina Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) menyatakan, bahwa titik awal tim penjelajah misi Gunung Arjuno Inklusi terbagi menjadi dua.
Pertama, lewat jalur yang diprediksi ada tambo di Kawasan Perhutani. Dimulai pada pos satu hingga sebelum pos tiga. Kawasan ini juga sebagai tempat pelatihan atau pemanasan yang bisa diikuti oleh para anggota divisi-divisi. Serta lapisan masyarakat pendukung termasuk wisatawan yang masih pemula atau awal menaiki gunung.
Lalu, penjelajah kedua adalah masuk kawasan Hutan Konservasi Tahura Raden Soerjo Kota Batu. Atau dimulai di titik pos tiga hingga tanjakan naik ke puncak Ogal Agil Gunung Arjuno.
Nah, soal kemampuan, anggota timsus pendaki difabel LINKSOS sebelumnya telah teruji secara fisik dan mental. Mereka sebelumnya mampu menaiki Gunung Buthak dan Gunung Kawi yang keduanya hampir mencapai ketinggian 3.000 mdpl. Serta puncak Ogal Agil Gunung Arjuno berada di ketinggian 3.300-an dari permukaan laut.
Lokasi Gunung Arjuno, menjadi pilihan kedua dikarenakan berdekatan dengan omah difabel atau sekretariat LINKSOS di wilayah Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Kemudian, Gunung Arjuno memiliki tata kelola wisata yang baik sehingga mendukung keamanan pendakian bagi difabel. Kemudian Gunung Arjuno memuat banyak situs peninggalan budaya masa lalu sebagai wahana pembelajaran dan sasaran pengabdian misi inklusi.
Baca Juga : Polres Lumajang Siap Optimalisasi Kawasan Tertib Lalu Lintas
"Kami sediakan tim khusus pendaki buat difabel. Berlatih selama 3 bulan. Buat mendukung pendakian di kawasan hutan Konservasi Tahura dan Soerjo. Sebab, tim ini bakal melintasi beberapa situs petilasan di Gunung Arjuno. Serta menaiki jalan terjal dan naik miring. Tujuan Misi Gunung Arjuno Inklusi adalah mengkampanyekan kepedulian difabel dan keterlibatan secara inklusif terhadap pelestarian budaya luhur bangsa dan lingkungan hidup," kata Kertaning Tyas yang dikenal sapaan dengan Ken Kerta ini kepada BatuTimes.
Ken Kerta yang lahir pada 1975 mengatakan, terkait kampanye mempertahankan warisan luhur, anggota tim pendakian akan menggali informasi situs di titik lokasi. Mendokumentasikan serta mengimbau kepada masyarakat luas agar tidak melakukan vandalisme dan merusak peninggalan bersejarah tersebut.
Sebab, hasil pengamatan Ken Kerta selama ini ada beberapa ornamen dan situs di gunung-gunung menjadi sasaran vandalisme. Dan yang lebih miris yaitu ada juga yang hilang.
Maka, niat tulus untuk merinci dalam Misi Arjuno Inklusi mencatat beberapa situs peninggalan sejarah di Gunung Arjuno dimulai dari Gua Onto Boego, Watu Kursi, Eyang (candi) Madrem, Eyang Sekutrem, Tampuwono, Eyang Dewi Kunti, Gua Nogo Gini, Eyang Abiyoso, dan Pithuk Lusung. Serta situs Eyang Sakri, Eyang Semar, Makuthoromo, Sepilar dan Jawadwipa.
Kemudian, pendokumentasian situs-situs lainnya di kawasan Hutan Konservasi Tahura Raden Soerjo, seperti Puthuk Lembu, Sendang Kemulyan, Gua Wejangan, Rancang Kencono, Sendang Widodari, Sendang Drajat, dan Candi Wesi.
"Di beberapa lokasi yang pernah kami kunjungi masih minim edukasi, dan minim wawasan soal situs. Dan bagaimana sejarah situs tersebut misalnya. Ini yang kemudian membuat kami tergerak untuk menggali informasi, menyinkronkan dengan informasi akurat di kitab-kitab, serta berdiskusi dengan para budayawan. Lalu mempublikasikan informasi tersebut, baik secara online dan membuat papan edukasi serta informasi di sekitar petilasan dengan pihak-pihak tekait, misal Perhutani atau pengelola hutan konservasi," jelas pria asal Magetan yang kini tinggal di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini.
Pria yang pernah menjadi sesepuh Wong Batu ini menambahkan, sesuai misi inklusi LINKSOS membuka kesempatan masyarakat luas peduli gerakan inklusi untuk bergabung dari semua kalangan dan ragam disabilitas. Termasuk mahasiswa pecinta alam lingkungan, para komunitas pendaki gunung, Tim SAR. Serta termasuk instansi pemerintah, perusahaan atau badan swasta.
Timsus pendaki difabel angkatan I tahun 2020 berjumlah 12 orang. Sedangkan misi Gunung Arjuno Inklusi tahun 2021 peserta dibatasi hingga 20 orang. Sebab untuk memudahkan pengelolaan tim dan manajemen risiko.