JATIMTIMES - Mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur membuat roda perekonomian di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terganggu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Besar TNBTS Novita Kusuma Wardani mengatakan bahwa pada awal mula mewabahnya pandemi Covid-19, kawasan TNBTS langsung dilakukan penutupan beberapa bulan.
Baca Juga : Peringati Hari Lingkungan Hidup, Pemkot Batu Komitmen Lestarikan Kualitas Air Hulu Brantas
"Kalau terkait dengan masyarakat di 2020 ditutup mulai Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli hingga Agustus. Sehingga memang masyarakat itu kalau tadi kan di situ Rp 394 miliar total dampak ekonominya, itu yang beroperasi sampai dengan pembukaan bahkan sampai sekarang belum 100 persen," ungkapnya kepada JatimTIMES.com.
Lanjut Novita bahwa dari prosentase 100 persen beroperasinya para pelaku wisata di kawasan TNBTS, hanya 10 sampai 30 persen yang kembali beroperasi.
"Ketika kami melakukan assessment cepat, wawancara ke beberapa pelaku usaha, ya baru beroperasi 10 sampai 30 persen saja," ujarnya.
Pasalnya berdasarkan data yang dipaparkan oleh pihak Balai Besar TNBTS, sekitar 2.800 tenaga kerja di kawasan wisata TNBTS yang terdampak dengan adanya pandemi Covid-19.
Rinciannya yakni terdapat 470 orang dari sektor persewaan kuda, 1.500 mobil jip, 250 tukang ojek, 159 unit warung, 125 PKL (pedagang kaki lima), 12 unit hotel, 300 unit homestay dan 65 orang porter. Jadi jika di total tepatnya terdapat 2.881 orang tenaga kerja di kawasan wisata TNBTS yang terdampak akibat pandemi Covid-19.
Dalam mengatasi permasalahan yang diakibatkan pandemi Covid-19 ini, disampaikan Novita bahwa pihaknya juga telah melakukan upaya-upaya pemulihan roda perekonomian di kawasan wisata TNBTS.
"Pertama kita melakukan event-event daring. Jadi kita ada event-event daring wisata, termasuk ada event Budaya Tengger. Sehingga masyarakat yang calon pengunjung bisa menikmati dari virtual," terangnya.
Kemudian pihak Balai Besar TNBTS juga telah berupaya untuk memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang terdapat di sekitaran Balai Besar TNBTS. Termasuk melakukan promosi produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat di sekitaran desa penyangga.
Baca Juga : Usai Dilibas Persipura, Persik Kediri Perlu Datangkan Amunisi Asing untuk Kekuatan Tambahan
"Jadi ada beberapa misalnya kelompok masyarakat yang memproduksi madu, memproduksi sapi ijuk, kopi dan sebagainya, itu kita promosikan juga di event-event virtual itu maupun melalui media-media sosial kita," terangnya.
Perempuan yang merupakan satu almamater dengan Presiden RI Joko Widodo yakni di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ini melanjutkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan selain untuk memutar kembali roda perekonomian juga agar masyarakat dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19.
"Itu jadi semacam jaring pengaman untuk mereka survive di masa pandemi. Termasuk kami sendiri juga membeli produk-produk masyarakat. Jadi beberapa sampai misalnya yang madu itu, mereka sampai kekurangan stok. Karena banyak peminatnya," bebernya.
Selain itu juga dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan khusus bagi masyarakat sekitar di kawasan TNBTS yang difasilitasi oleh Balai Besar TNBTS dengan jajaran stakeholder terkait.
"Jadi kami ada semacam event-event waktu itu bahas kelompok itu, kemudian mempromosikan. Akhirnya dia dapat link pasar yang membeli produk-produknya," pungkasnya.