MALANGTIMES - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang menggelar halalbihalal bersama seluruh keluarga besar UIN Malang. Termasuk juga para dewan penyantun.
Dalam halalbihalal itu, UIN Maliki Malang mengundang Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas. Selain itu, salah satu pemuka agama di Jawa Timur juga turut dihadirkan yaitu KH Agoes Ali Masyhuri yang kemudian memberikan tausyiah.
Baca Juga : Tunggu Laporan, Polresta Malang Kota Bakal Tindak Lanjuti Kasus Pinjaman Online yang Jerat Guru TK
Dalam tausyiahnya, pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo itu membahas ciri-ciri seseorang orang yang akan besar atau berhasil. Dijelaskan, seseorang yang masuk golongan tersebut adalah orang yang tahan banting.
Ketika mendapati sebuah cobaan, orang yang memiliki karakter tahan banting tentunya tidak akan mudah menyerah dan tetap ulet dalam berjuang mencapai sebuah tujuan. Selain itu, orang tersebut tentunya selalu bergantung dan berserah diri kepada Allah SWT.
"Ketika mendapati kesulitan, orang tersebut tahan banting, tetap ulet berusaha tanpa putus asa dan terus bertahan serta senantiasa bergantung kepada Allah. Kalau perguruan tinggi ingin jadi berkualitas, maka itu harus dicamkan," ucap KH Agoes.
Selain itu, tanda lainnya seseorang yang besar adalah tidak malas. Malah sebaliknya, orang tersebut memiliki jiwa optimistis untuk bergerak maju dan tidak berjalan mundur. Sehingga, jika mereka mendapatkan kesulitan, kondisi psikologisnya tetap tangguh dan tidak goyah.
Bukan hanya itu. Dalam kesempatan tersebut, KH Agoes juga menjelaskan mengenai keikhlasan dalam beramal. Tanda seseorang benar-benar ikhlas dalam beramal ialah segala yang dilakukan hanya diniatkan untuk meraih rida Allah. Artinya, bukan semata hanya pujian manusia yang diharapkan.
Baca Juga : 19 Aplikasi Pinjol Guru TK Ketahuan Ilegal, Pemkot Malang Ambil Langkah Hukum
“Mohon maaf, tidak ada pencitraan dan tidak dibungkus untuk kepentingan tertentu. Orientasi mereka hanya akhirat sehingga ikhlasnya tinggi.” terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, meskipun dalam kondisi orang tersebut telah wafat, jika sebelum semasa hidupnya melakukan amal dengan kadar keikhlasan yang tinggi, maka amalnya akan tetap bisa dirasakan karena masih menjadi pembahasan orang lain.