MALANGTIMES - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang menggelar halal bihalal sekaligus pembinaan mental dan spiritual Aparatur Sipil Negara (ASN), dan juga keluarga UIN Maliki Malang lainnya. Dalam kegiatan itu, menghadirkan H Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama Republik Indonesia dan juga KH Agoes Ali Masyhuri Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo.
Dalam sambutan pembuka, Rektor UIN Maliki Malang, Prof dr Abdul Haris menjelaskan, jika peningkatan sumberdaya manusia berkualitas terus didorong UIN Maliki Malang. Tiga tahun terakhir telah 19 Guru Besar tercetak, akan tetapi, jumlah tersebut akan terus ditingkatkan.
Baca Juga : Wimar Witoelar: Mantan Jubir Gus Dur yang Kerap Kritik Pemerintahan Era Soeharto, Meninggal Dunia
"Peningkatan SDM berkualitas ini tentunya juga akan berimbas pada tercetaknya SDM yang bagus, yakni tercetaknya lulusan yang mempunyai kompetensi maupun soft skill yang bagus," bebernya.
Lebih dari itu, dijelaskannya, jika UIN Maliki Malang telah menjadi smart dan green islamic university. Dimana semua perangkat yang mendukung untuk pengembangan telah disiapkan untuk semakin maju dalam pengembangan kelembagaan maupun kualitas pendidikan.
"Dalam upaya itu, tentunya perlu partisipasi semua pihak, Alhamdulillah semua mendukung, termasuk dewan penyantun," jelasnya.
Pembangunan di UIN Maliki Malang dari segi infrastruktur saat ini juga terus berjalan. Seperti halnya pengembangan kampus 3 yang memperoleh proyek dari Saudi Fund for Development. Oleh karenanya, selain infrastruktur, ia juga berharap semua pihak turut serta dalam upaya pengembangan berbagai hal di UIN Maliki Malang untuk bisa meningkatkan rating ditingkat dunia.
"UIN Malang juga sedang melakukan kerjasama dengan perorangan maupun instansi yang itu relevan dengan UIN Maliki Malang untuk bisa menjadi perguruan tinggi terbaik didunia termasuk juga di akhirat. Kepada dewan penyantun kami harapkan untuk terus mendukung agar cepat terdapat perubahan yang revolusioner dan terbaik," terangnya.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang juga hadir dalam kegiatan tersebut, melalui daring mengatakan, jika halal bihalal merupakan salah satu tradisi khas Indonesia. Kegiatan silaturahmi untuk memupuk rasa persaudaraan dan kemanusiaanse telah menunaikan ibadah puasa ini menjadi modal sosial yang sangat penting untuk merawat persatuan.
"Halal bihalal mampu mengawinkan budaya dan agama sekaligus. Jika kita melihat sejarah, halal bihalal merupakan ijtihad para ulama besar kita yaitu KH Abdul Wahab Chasbull, salah seorang pendiri NU yang memberikan fatwanya kepada presiden saat itu, Ir Soekarno," jelasnya.
Dipertengahan 1948 Bung Karno risau karena elektrolitnya bertengkar dan tidak mau duduk bersama dalam satu majelis untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Bahkan saat itu pemberontakan terjadi dimana-mana seperti Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia dan PKI Madiun yang itu tentunya tidak menguntungkan dalam pembangunan Indonesia.
Baca Juga : Saat Novel Baswedan Tantang Pimpinan KPK Ungkap Hasil Tes Wawasan Kebangsaan ke Publik!
"Semula KH Wahab Chasbullah menyarankan agar diselenggarakan silaturrahmi menyambut hari raya Idul Fitri. Bung Karno kemudian meminta istilah lain. KH Wahab menjawab, 'para elit politik tidak mau bersatu, mereka saling menyalahkan, saling menyalahkan itu dosa, dosa itu haram. Supaya mereka itu tak punya dosa, maka kemudian harus dihalalkan.Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan saling menghalalkan. Sehingga silaturahmi dipakai istilah halal bi halal," jelasnya.
Selain itu, ada banyak tradisi lain di Indonesia yang memiliki makna mendalam terkait dengan halal bihalal. Halal bihalal disimbolkan dengan kupat dan lepet yang keduanya terbuat dari anyaman daun kelapa atau janur. Kupat mengandung makna, mengaku lepat, artinya mengaku bersalah, media janur juga bermakna ja'anur atau jatining nur.
"Filosofinya adalah setelah masing-masing manusia bersalaman dan mengaku salah, diharapkan akan datang cahaya hati dan setelah itu diikat melalui persaudaraan. Pesan utama adalah tidak ada lagi dendam diantara sesama dan bersilaturahmi menjadi lebih baik. Budaya Indonesia yang demikian beragam sungguh patut untuk dilestarikan," terangnya.
Sambungnya, hal ini menjadi media yang efektif yang mampu mentransformasikan nilai-nilai keagamaan dalam ruang gerak sosial dikeseharian dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan memahami kandungan dari dimensi spiritual dari sebuah budaya Indonesia yang sudah turun temurun, tentu akan mengantarkan kita menjadi orang yang Arif dan dewasa serta mampu memahami kefitrahan.
"Saya ingin mengajak seluruh stakeholder untuk bersama-sama meraih makna halal bihalal. Sucikan batin dengan saling memaafkan atas semua kesalahan diantara kita. Hindari permusuhan, perkuat kebersamaan dan gotong royong. Jadilah diri kita sebagai teladan dan terus menebar perdamaian dan kebermanfaatan," pungkasnya.
Setelah sambutan dari Menteri Agama, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tausyiah yang disampaikan oleh KH Agoes Ali Masyhuri Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo.