free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Sejarah Pertigaan Garudo Desa Demuk Tulungagung

Penulis : Anang Basso - Editor : Dede Nana

02 - May - 2021, 02:15

Placeholder
Tugu atau Gapura Garudo yang terkenal saat masuk wilayah Kecamatan Pucanglaban / Foto : Istimewa / Tulungagung TIMES

TULUNGAGUNGTIMES - Meski berada di daerah pinggiran, jika kita masuk wilayah Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung akan terkejut dengan perubahan yang terus terjadi dari masa ke masa. Begitu menaiki tanjakan yang terkenal dengan nama Lok Songo, kecuali pemandangan yang indah, pertama kali akan terlihat pertigaan yang terkenal dengan nama Garudo.

"Pertigaan Garudo merupakan rangkaian sejarah panjang," kata Kepala Desa Demuk Iswari menuturkan pada media ini, Sabtu (1/5/2021).

Baca Juga : Kisah Panjang Warga Tulungagung Mencari Keadilan karena Rumah Ditutup Tembok oleh Tetangga

Tugu atau gapura Garudo ini berada di Desa Demuk, sedangkan pertigaan Garudo terletak di tanjakan terakhir Lok Songo.

"Tempat ini merupakan pintu gerbang masuk Desa Demuk (ke arah selatan). Juga pintu gerbang masuk kawasan wisata Puncak Lok Songo (ke arah utara)," kata Iswari.

Iswari juga mengungkapkan, pada tahun 1969 dua desa yaitu Desa Demuk dan Desa Pucanglaban yang saat itu masuk wilayah Kecamatan Kalidawir ada kebijaksanaan dari pemerintah untuk pemekaran wilayah.

"Kemudian disepakati berdiri kecamatan baru yaitu Kecamatan Pucanglaban dari 2 desa menjadi 9 desa," ujarnya.

Sembilan desa yang dimaksud adalah Demuk, Sumberdadap, Panggunguni, Sumberbendo, Manding, Kaligentong, Panggungkalak, Kalidawe dan Pucanglaban.

Iswari mengisahkan, maksud berdirinya Kecamatan Pucanglaban diantaranya karena ada peristiwa Operasi Trisula di Blitar selatan sebelum tahun 1969. Kemudian, berdirinya Kecamatan Pucanglaban merupakan perbatasan (tapel bates) Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar.

Saat itu, dianggap perlu adanya pos komando pemerintah dan masyarakat dalam menerapkan penjagaan pager betis di lokasi perbatasan.

Baca Juga : Masa Tanggap Darurat Diperpanjang, Open Donasi Korban Bencana Masih Berjalan

"Nah poin ke-3 inilah pos komando yang didirikan di pertigaan Dusun Kasrepan Puncak lok Songo Desa Demuk," jelasnya.

Saat itu, pos gabungan ini dibentuk bersama antara Pemerintah (TNI) dan warga masyarakat untuk memantau wilayah perbatasan dengan membentuk pager betis atau pagar manusia dengan jarak 20 meter sepanjang  10 Km dari Desa Demuk sampai Desa Pucanglaban yang diawali pada pos itu.

"Dengan semboyan NKRI harga mati, pos penjagaan itu dinamakan Garudo. Ditandai gambar Garuda Pancasila terpampang di tempat itu," paparnya.

Yang lebih menarik, mulai saat itu atau tepatnya tahun 1969 tempat itu dinamakan Garudo bersamaan dengan berdirinya Kecamatan baru bernama Kecamatan Pucanglaban.


Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Dede Nana