INDONESIATIMES - Banyak peristiwa besar yang menjadi sejarah dan terjadi pada bulan Ramadan. Salah satunya peristiwa turunnya kitab suci Al-Quran.
Kitab suci Al-Quran kali pertama diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, Makkah.
Baca Juga : Season 2 Belum Tayang, Bridgerton Dikabarkan Berlanjut hingga Musim Keempat
Terdapat sejumlah perbedaan mengenai tanggal turunnya Al-Quran. Namun, yang banyak diyakini, Al-Quran diturunkan pada Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar) di bulan Ramadan hari ke-17 atau 610 M. Peristiwa ini lantas dikenal sebagai Nuzulul Quran.
Setelah diturunkan untuk kali pertama, ayat-ayat Al-Quran kemudian berangsur-angsur dilengkapi hingga selama 23 tahun atau lebih tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Kisah ini pun diriwayatkan dalam Al-Quran pada Surat Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” [Al Baqarah/2: 185]
Kisah Rasulullah Kali Pertama Menerima Wahyu
Kitab suci Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadan, ditandai saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, yakni Surat Al Alaq ayat 1-5. Dilansir melalui NU Online, kisah ini bermula ketika Muhammad sangat prihatin akan keruntuhan moral yang sangat mengkhawatirkan di Makkah.
Muhammad merupakan sosok manusia mulia yang sering merenung dan berpikir, berkontemplasi (olah spritual), memikirkan fenomena alam dan lingkungan sekitarnya di tempat yang jauh dari keramaian. Beliau lantas berdoa agar menemukan sesuatu yang bisa mencerahkan dirinya dan kaumnya. Sikap itu terus dilakukannya dan dibarengi dengan memberikan sedekah serta makanan kepada fakir miskin.
Hingga pada suatu malam di bulan Ramadan tahun 610 M, di sudut Gua Hira, Rasulullah dikejutkan oleh turunnya wahyu pertama dari Allah SWT.
Dari Aisyah Ummul Mukminin Radliyallahu ‘anha, ia berkata: "Permulaan wahyu yang diterima oleh Rasulullah adalah ar-ru’ya ash-shalihah (mimpi yang baik) dalam tidur. Biasanya mimpi yang dilihatnya itu jelas laksana cuaca pagi. Kemudian beliau jadi senang menyendiri lalu menyendiri di Gua Hira untuk bertahannuts".
Lantas Muhammad bertahannuts, yakni beribadah di sana beberapa malam dan tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu, beliau membawa bekal.
Kemudian beliau pulang kepada Khadijah dan dibawanya pula perbekalan untuk keperluan itu, sehingga datang kepada beliau Al-Haqq (kebenaran, wahyu) pada waktu beliau berada di Gua Hira.
Maka datanglah kepada beliau seorang malaikat dan berkata, “Bacalah!” Jawab beliau, “Aku tidak bisa membaca.”
Nabi bercerita, “Lalu malaikat itu menarikku dan memelukku erat-erat sehingga aku kepayahan."
Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, “Bacalah!” dan aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Aku lalu ditarik dan dipeluknya kembali kuat-kuat hingga habislah tenagaku. Seraya melepaskanku, malaikat itu berkata lagi, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Kemudian untuk kali ketiga, ia menarik dan memelukku sekuat-kuatnya. Seraya melepaskanku, ia berkata:
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena); (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq, 96:1-5)
Nabi Muhammad lantas pulang ke rumah istrinya, Khadijah binti Khuwailid, dengan hati yang gemetar ketakutan. Ia memohon kepada Khadijah untuk menyelimuti dirinya.
Khadijah lantas menyelimuti Muhammad hingga hilanglah ketakutannya.
Muhammad bercerita kepada Khadijah dan berkata "Sesungguhnya aku mencemaskan diriku."
Khadijah berkata, "Sama sekali tidak. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkaulah orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengusahakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran."
Setelah itu, Khadijah lantas pergi membawa Muhammad menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah.
Waraqah adalah orang Arab pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Waraqah sangat pandai dalam menulis kitab dalam bahasa Ibrani. Ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani.
Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini." Waraqah bertanya kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku, apakah yang kaulihat?"
Lalu Nabi menceritakan apa yang beliau lihat dan alami di Gua Hira. Kemudian Waraqah berkata lagi kepada Muhammad, "Itulah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup di saat engkau diusir kaummu!"
Rasulullah lalu bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, sebab setiap orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa pasti dimusuhi orang. Jadi, kelak engkau mengalami masa-masa seperti itu. Dan jika aku masih hidup, aku pasti akan menolongmu sekuat tenagaku."
Dari situlah Nabi Muhammad dikukuhkan statusnya sebagai rasul. Muhammad pun menerima perintah menyampaikan serta mendakwahkan agama Islam.
Orang yang Pertama Beriman
Baca Juga : Warga Klanderan Temukan Cagar Budaya Kepala Kala
Orang yang pertama beriman kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dari keluarga yakni Khadijah. Khadijah merupakan istri Rasulullah SAW.
Dilansir melalui Aboutislam, selain Khadijah, terdapat tiga orang yang pertama memeluk agama Islam. Mereka ialah:
1. Khadijah Radhiyallahu anha
Khadijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam setelah mendengar kabar kenabian Nabi Muhammad SAW. Beliau lantas menjadi orang pertama yang beriman kepada risalah Nabi Muhammad, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan al Waqidi.
”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mendengar sesuatu yang menyakitkan dari Khadijah. tidak pernah membantah dan juga tidak pernah mendustakan. Kegelisahan dan penderitaan yang dirasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dihapus oleh Allah Azza wa Jalla, atau berkurang dengan perantaraan Khadijah Radhiyallahu anha . Sungguh, beliau Radhiyallahu anha seorang istri yang sangat berjasa. Wajarlah jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya.”
2. Ali bin Abu Thalib
Ali bin Abu Thalib merupakan anak laki-laki pertama yang memeluk Islam. Hidayah itu datang usai ia melihat Nabi Muhammad SAW dan Khadijah berdoa, lalu Ali bertanya apa yang mereka lakukan.
Saat Nabi memberitahunya tentang wahyu yang diterimanya, Ali memintanya untuk membiarkannya dan memikirkannya. Dia menghabiskan malam itu dengan berpikir dan keesokan paginya dia kembali ke Nabi Muhammad dan memeluk Islam.
Ali termasuk generasi pertama yang memeluk Islam. Ia kemudian dijadikan menantu oleh Nabi Muhammad SAW, yakni menikah dengan Fatimah Az-zahra.
Ali bin Abu Thalib juga memiliki banyak keutamaan, kedudukan dan keistimewaan di sisi Rasulullah. Dijelaskan dalam banyak hadis, di antaranya sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abu Thalib: “Engkau adalah bagian dariku, dan aku bagian darimu.”
Umar bin Khaththab juga pernah mengatakan : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridh
a terhadap Ali Radhiyallahu anhu.”
3. Abu Bakar ash Shiddiq
Abdullah bin Utsman atau Abu Bakar Ash Shiddiq berasal dari Bani Taim bin Murrah. Abu Bakar adalah sosok pria dewasa yang pertama masuk Islam, sekaligus sebagai pendukung pertama Rasulullah.
Abu Bakar merupakan salah satu sahabat Nabi dan sering membantu Rasul dengan harta dan jiwanya.
Nabi Muhammad menceritakan :
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutusku kepada kalian, lalu kalian mengatakan: “Engkau dusta,” sedangkan Abu Bakr mengatakan: “Dia benar,” lalu dia membantuku dengan harta dan jiwanya.” [HR Bukhari].
Abu Bakar juga memberikan pembenaran terhadap peristiwa Isra` dan Mi`raj Nabi Muhammad SAW. Saat orang-orang kafir Quraisy berusaha membuatnya ragu, dia sama sekali tak bergeming.
Selain itu, Abu Bakar memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan kepada 4 orang yang kemudian menjadi sahabat utama Nabi Muhammad SAW. Mereka ialah Saad bin Abi Waqqas, Utsman bin Affan, Al-Zubair ibn al-Awam, dan Abdur Rahman bin Auf.
4. Zaid bin Haritsah
Zaid merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan budak. Ia berasal dari Suku al Kalb yang menjadi tawanan pada masa jahiliyah.
Kemudian Hakim bin Hazam membelinya untuk Khadijah. Dan saat Rasulullah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad memintanya.
Saat bapak dan bibinya datang ke Makkah, mereka mengetahui keberadaan Zaid bin Haritsah. Lalu ingin menebusnya. Tetapi Muhammad memberikan pilihan kepada Zaid:
Ikut bapak dan bibinya atau tetap bersamanya.
Ternyata, Zaid lebih memilih tetap bersama Rasulullah. Nabi Muhammad lalu menyebutnya sebagai saudara, sebagaimana Nabi Muhammad bersabda: “Engkau adalah saudara dan pembantu kami.”