KEDIRITIMES - Kegiatan belajar mengajar di ruang kelas sekolah kadang membuat jenuh siswa. Di sisi lain, belajar online atau daring pada masa pandemi ini, anak-anak juga kadang bosan. Sehingga tidak jarang mereka justru lebih sering memainkan game online dibandingkan belajar.
Berbeda dengan yang dilakukan beberapa tutor dari Kampung Inggris Pare, Kediri. Mereka merelakan waktunya untuk turun gunung ke desa-desa. Para tutor tersebut mendirikan sekolah-sekolah alternatif bagi anak-anak.
Baca Juga : Manuver Kubu Moeldoko Dorong AHY Maju Pilkada DKI Dianggap Angin Lalu
Salah satu tutor senior Kampung Inggris Pare, Mr Ari Hakim, menginisiasi gerakan ini. Menurut dia, gerakan ini bermula dari kegelisahan untuk mendidik anak-anak bisa berbahasa Inggris. Sebab, orang-orang dari berbagai daerah datang ke Kampung Inggris Pare untuk belajar bahasa, tapi sementara anak-anak di Kediri dan sekitarnya justru tidak mendapatkannya.
"Saya pengen menularkan kemampuan berbahasa Inggris ini kepada anak-anak di Kediri. Pare sebagai sentrum kampung bahasa, kenapa justru di sekelilingnya tidak tersentuh. Kan selama ini yang datang ke Kampung Inggris kebanyak orang dari luar Kediri," ungkap Ari, Senin (05/04/21).
Ari mengatakan keinginannya untuk jemput bola bergerak di desa-desa. Keinginannya membuat gerakan ini karena menularkan kemanfaatan Kampung Inggris untuk lingkungan di sekitarnya. Sebab, selama ini pusat pembelajaran bahasa Inggris hanya tersentral di Pare.
"Kebanyakan anak-anak ini tidak punya biaya untuk kursus bahasa di Kampung Inggris Pare. Makanya gerakan ini untuk memfasilitasi mereka agar bisa belajar bahasa tanpa biaya yang mahal," lanjutnya.
Mantan ketua Forum Kampung Bahasa (FKB) Pare tersebut juga berharap gerakan pembelajaran di desa-desa ini bisa berkembang secara luas dan bermanfaat untuk lingkungan. Yang terpenting bagi Ari, selain mahir berbahasa Inggris, siswa juga memiliki wawasan kebangsaan dan peduli lingkungan.
Sejauh ini, kursus bahasa yang berbasis di desa-desa ini tercatat lebih dari sebelas lembaga kursus dan terus berjalan. Polanya sama dan tersebar di berbagai desa. Misalnya di Desa Ploso Lor, Desa Kawedusan, Kampung Tebu, Kampung Salak, Desa Pojokrejo Jombang, dan yang baru berdiri 4 minggu adalah di Lebak Tumpang, Kota Kediri ini.
Salah satu ketua RT di Kelurahan Pojok, Edi Lukito, atau biasa dipanggil Mbah Legi tertarik bergerak mendirikan kursus belajar bahasa di lingkungannya. Menurut dia, gerakan ini adalah pendidikan alternatif. Dengan berbasis pendidikan bahasa Inggris, anak-anak juga dididik dengan metode pembelajaran di alam dan lingkungan sekitar.
Baca Juga : Tampil Modis dengan Colorfull Outfit ala Hijabers, Intip Inspirasi Berikut Yuk!
"Dengan begitu, selain mengurangi waktu anak-anak bermain game, juga kelihatannya mereka senang. Pada intinya kita ajak anak-anak itu bermain sambil belajar. Di situ kita selipkan nilai-nilai kebangsaan dan peduli lingkungan," jelas Mbah Legi.
Uniknya, tempat belajarnya biasanya berpindah-pindah. Mulai dari rumah-rumah warga hingga di hutan. Tidak jarang juga mereka mengajari anak-anak bahasa Inggris dengan wahana sungai dan alam terbuka. Sehingga anak-anak tampak senang dan tidak merasa bosan.
Salah satu orang tua siswa, Samsul (43), menyebut bahwa anaknya senang mengikuti kegiatan seperti ini. "Saya harap kegiatan ini terus berlanjut. Anak-anak juga senang. Selain itu, mereka nggak terus-terusan mainan handphone," ungkapnya.
Selain mengajarkan bahasa, para tutor juga menguatkan nilai kebangsaan kepada anak-anak. Hal tersebut tampak pada pembiasaan di awal pembelajaran dan di akhir belajar. Sebelum memulai pembelajaran, mereka dibiasakan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan diakhiri lagu Padamu Negeri.