ANYUWANGITIMES - Puluhan pelajar dan mahasiswa Banyuwangi mengikuti pelatihan sinden Using dari maestro Gandrung senior seperti Mak Temu, Mak Sunasih, Mak Siti dan Mak Holipah. Pelatihan berlangsung di Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi selama dua hari dan berakhir Selasa (30/03/2021).
Menurut Choliqul Ridha, sekretrais Disbudpar Banyuwangi, pelatihan sinden Gandrung yang digelar bersama dengan Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi merupakan salah satu upaya menjaga memelihara dan melestarikan warisan seni budaya Banyuwangi yang sudah dikenal masyarakat luas.
Baca Juga : Wanita Lansia Ini 3 Kali Sehari Jalan Kaki Berkilo-kilo Keluar Masuk Hutan dengan Bawa Beban Berat
“Kami melihat potensi sinden di Banyuwangi. Ada 40 peserta yang langsung dibimbing oleh Mak Temu, Mak Sunasih, Mak Siti dan Mak Holipah. Untuk panjak dan penari Gandrung sudah banyak yang muda-muda. Kami mencoba melatih dan memilih yang terbaik. Setelah ini, mereka akan tampil dalam festival sinden,”jelas Choliq.
Selanjutnya dia menuturkan, dengan adanya pelatihan ini, harapanya Banyuwangi tidak mengalami kesulitan dalam regenerasi pelaku seni budaya. Mulai penari gandrung, penabuh gamelan maupun sinden Gandrung yang untuk sementara di Banyuwangi dinilai kurang.
Sementara Suko Prayitno, salah seorang ketua DKB Banyuwang, mengungkapkan, era kepengurusan saat ini terlibat aktif dalam pelatiha seni budaya. DKB melihat kebanyakan yang ada saat ini anak muda hanya bisa menari Gandrung tetapi sangat sedikit yang bisa nyinden.
Makanya, DKB mengusulkan kepada Disbudpar Banyuwangi untuk menggelar pelatihan sinden Gandrung bagi kaum milenial. Dan dari 75 calon yang mendaftar, akhirnya penyelenggara menilai 40 remaja yang lolos menjadi peserta.
“Peserta yang lolos dari wilayah Rogojampi ke selatan seperti Purwoharjo, Glenmore, Kalibaru dan beberapa wilayah lain. Fakta ini cukup membanggakan karena seni Gandrung bukan hanya milik masyarakat Using ,namun sudah menjadi milik warga Banyuwangi,” kata Suko.
Baca Juga : Selamatan Desa Sidomulyo Kota Batu, Gelar Sunatan Modern
Selanjutnya Suko menambahkan, empat maestro Gandrung yang menjadi mentor masing-masing memilii cengkok yang berbeda. Awalnya peserta tidak paham. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari para senior Gandrung ,akhirnya mereka memahami perbedaan cengkok yang merupakan bentuk inprovisasi dalam membawakan gendhing Using.