JOMBANGTIMES - Pemerintah Kabupaten Jombang menolak keras rencana pemerintah pusat yang berencana mengimpor beras sebanyak 1 juta ton dari luar negeri. Karena hingga saat ini, Jombang mulai memasuki panen raya padi.
Bupati Jombang Mundjidah Wahab menyebut, Jombang merupakan wilayah pemasok beras nasional. Terlebih lagi saat ini musim panen raya telah tiba. Sehingga, kata Mundjidah, impor beras tidak dibutuhkan di kota santri ini.
Baca Juga : Sebungkus Dibandrol Ratusan Ribu, Ini Penampakan Mie Instant Buatan Rumah Mode Asal Paris
"Jombang ini kan lumbung pangan beras dan salah satu pemasok stok beras nasional. Jadi tidak perlu pakai beras impor. Hasil pertaniannya sangat berlebih jika dimakan untuk orang sendiri. Jadi tidak perlu impor," terangnya kepada wartawan, Jumat (26/03/2021).
Penolakan impor 1 juta ton beras ini, lanjut Mundjidah, juga selaras dengan kebijakan pemerintah Provinsi Jatim. Ia juga memastikan stok beras dalam kondisi aman untuk mencukupi kebutuhan hingga lebaran mendatang.
"Insyaallah saat ini kita sudah panen raya. Jadi stok ini sangat aman hingga musim lebaran nanti," kata Mundjidah.
Sementara, penolakan juga datang dari kalangan para petani di sejumlah wilayah di Jombang. Seperti petani di Desa Pucangro, Kecamatan Jombang.
Seperti yang diungkapkan oleh Somad (40). Ia saat ini telah memanen padi di lahannya seluas 3 hektare. Panen yang ia hasilnya dinilai cukup baik di tahun ini.
Namun, wacana pemerintah impor beras sangat melukai hatinya. Somad pun menolak keras rencana impor beras tersebut. "Waduh jangan dong ini meresahkan petani Indonesia. Ya kalau bisa beli ke petani ngga usah impor," ucapnya saat ditemui wartawan di sawahnya, Selasa (23/03/2021) pagi tadi.
Baca Juga : Dianggap Hanya Akan Rugikan Rakyat, Partai Demokrat Pamekasan Tolak Impor Beras
Dikatakan Somad, harga gabah saat ini sangat anjlok. Ditambah lagi bila rencana impor beras terjadi, maka para petani akan merugi.
Saat ini saja, kata Somad, harga gabah anjlok menjadi Rp 3,2 juta setiap seratus luas lahan. Itu sangat jauh dari harga normal senilai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta setiap seratus luas lahan.
"Bagus tapi harganya murah, kalau dari petani itu tebasannya Rp 3,2 juta peratus, termasuk murah. Ya seharusnya Rp 5 juta hingga Rp 6 juta udah normal itu. Lebih baik beli ke petani, hasil panennya bagus," pungkasnya.