MALANGTIMES - Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 500 kilowatt piek. PLTS tersebut digadang-gadang sebagai yang pertama di pulau Jawa dan yang kedua setelah Institut Teknologi Sumatera.
Hal itu disampaikan langsung Rektor ITN Malang Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi MSEE. Pria nomor satu di ITN Malang tersebut menjelaskan, PLTS ini nantinya tak hanya dimanfaatkan untuk lingkup kampus ITN Malang saja. Namun produksi listrik yang dihasilkan nantinya akan di ekspor ke pihak PLN. Tentunya dengan sebuah perjanjian kerjasama, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.
Baca Juga : RSI Unisma Lakukan Vaksinasi, Kini Giliran Pimpinan Universitas Negeri Malang
"Kalau membangun itu, luar biasa besar biayanya. Akhirnya ada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Wijaya Karya dan juga PT Sun Energi yang menawarkan kerjasama. Disisi lain kita punya lahan yang luas, sehingga kemudian jadilah ini. Untuk proses pembangunan sekitar 4 bulanan," jelasnya.
Ke depan disampaikannya, jika pihaknya akan membangun sebuah kampus yang terintegrasi. Tentu energi yang diperlukan tak mencukupi. Karena itu, ke depan tak menutup kemungkinan jika akan terdapat tambahan 500 kilowatt piek lagi.
"Tetapi kembali lagi, jika hal ini bukan hanya untuk kebutuhan kampus. Tapi juga untuk riset mahasiswa dan dosen serta perguruan tinggi lain. Kami nantinya juga akan memberikan pelatihan manajemen energi terhadap daerah-daerah yang memang memiliki pembangkit seperti ini," bebernya.
Direktur Operasi II PT Wijaya Karya ( Tbk) Harum Akhmad Zuhdi menjelaskan, sebagai pihak yang ditunjuk menjadi leader dalam renewable energi, maka dia meyakini ada potensi yang sangat besar. Dijelaskan Harun, jika bangsa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mulai dari energi surya, geotermal dan lainnya.
"Saya tentu akan campaign itu. Masak Indonesia nggak bisa menguasai itu, padahal Indonesia ada semua. Kita panggil dan itu semua sebetulnya milik kita semua yang bisa membangkitkan. Saya hanya memprovokasi dan mencari provider untuk membuat di Indonesia ini," ungkapnya.
Dengan energi yang melimpah, tentunya akan semakin membuat kemajuan besar bagi sebuah bangsa. Berbagai macam pembangunan tentu akan semakin mudah dengan melimpahnya energi.
"Kita bangkit lewat energi. Saya ingin adik-adik kita sudah paham sejak mulai mahasiswa. Sehingga project ini tentunya bisa menjadi sarana belajar para mahasiswa dan yang lainnya. Sehingga, saat mereka keluar nantinya telah siap dalam dunia kerja," bebernya.
Sementara itu, perwakilan PT Sun Energy Reynaldi Wijaya menambahkan, jika PTLS nantinya akan dibangun secara on grid. Sistem On-Grid merupakan sistem fotovoltaik yang hanya menghasilkan daya ketika jaringan daya utilitas (PLN) tersedia. Sistem ini harus terhubung ke grid agar berfungsi.
Baca Juga : KLB Demokrat Dimotori Mantan Kader, DPP Siap Tempuh Jalur Hukum
Kelebihan daya yang dihasilkan akan dikembalikan sistem ke jaringan ketika sel surya memproduksi daya berlebih. Sehingga ada surplus untuk digunakan nanti.
Sistem On-Grid merupakan sistem paling sederhana dan paling hemat biaya untuk menginstal energi panel surya dibanding dengan sistem Off-Grid. Namun sistem ini tidak memberikan daya cadangan selama pemadaman jaringan.
"Kapasitasnya tentu bisa di expand lagu, tergantung kemampuan kampus," jelasnya.
Mengenai besarnya investasi untuk pembangunan PLTS ini, dikatakan sekitar Rp 7 Miliar. Pihak PT Sun Energi akan mengeluarkan investasi penuh, sehingga pihak kampus sama sekali tidak mengeluarkan dana, akan tetapi hanya biaya operasional.
"Nanti kelebihan dayanya, kita akan ekspor ke PLN. Kita jalin kerjasama," pungkasnya.