Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Bondowoso bakal menindaklanjuti rekomendasi hasil survei dan pemetaan bukit piramid yang dilakukan tim pendaki sejak 24 hingga 28 November. Disparpora sebelumnya telah menunjuk beberapa pendaki profesional guna mengukur potensi bahaya dan solusinya.
Kepala Bidang Pariwisata Disparpora Bondowoso, Arif Setyo Raharjo, menargetkan persiapan pengelolaan Gunung Piramid rampung pada tahun depan. Sebagai tindak lanjut hasil survei, pihaknya dalam waktu dekat akan melakukan koordinasi dengan beberapa stake holder. Di antaranya seperti Perhutani, BKSDA dan pemangku wilayah di Kecamatan Curahdami. "Kita masih terus lakukan persiapan. Paling tidak tahun 2021 sudah rampung," ungkapnya di kantor setempat, Kamis (10/12/2020).
Baca Juga : Libur Akhir Tahun, Destinasi Wisata di Kota Malang Belum Banyak Dioperasikan
Adapun isi rekomendasi tersebut seperti diungkapkan oleh salah satu tim servei, Chuk S, bahwa Gunung Piramid harus dibagi menjadi dua kategori wisata. Yakni Mass Tourism (Wisata masal) yang membatasi pendaki maksimal hingga pos 2. Kemudian wisata minat khusus yang membolehkan pendaki hingga menggapai puncak piramid.
Chuk menjelaskan, pembagian itu harus dilakukan mengingat puncak piramid terlalu berbahaya bagi pendaki pemula. Sulitnya jalur ke puncak hanya bisa dilakukan oleh pendaki profesional yang berbekal alat Mountainer lengkap. "Meski wisata masal tidak sampai puncak, tapi view yang didapat tidak kalah menarik dari pemandangan di puncak," jelasnya.
Tim survei dan pemetaan Gunung Piramid terdiri dari anggota Wanadri dan anggota APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia). Mereka melakukan penentuan jalur pendakian, titik-titik pos dan base camp.
"Setelah kami petakan, di Gunung Piramid ini hanya ada dua pilihan. Ditutup atau dikelola secara profesional," jelas anggota tim survei lain, Nurhuda, seorang pendaki Seven Summits atau 7 puncak gunung tertinggi dunia ini.
Data sebelumnya menunjukkan dalam kurun sekitar satu tahun Gunung Piramid telah menelan dua korban jiwa. Yakni Thoriq, pada bulan Juni 2019, dan Multazam pada bulan Agustus 2020 silam. Keduanya terjatuh dan tewas saat melakukan pendakian di gunung tersebut.
Baca Juga : Peserta Giveaway Tsunami 1.260, Ungkap Kerinduan pada Keluarga Lewat Foto Ini
Dua pelajar asal Bondowoso itu terjatuh pada kedalaman jurang sedalam lebih 100 meter. Jenazah Thoriq baru ditemukan sepekan lebih setelah kejadian.
Gunung Piramid memang belum resmi ditetapkan sebagai daya tarik wisata alam. Sebab, kawasan itu membutuhkan pembenahan untuk memenuhi kategori wisata.