Harga pepaya yang biasanya ada pada kisaran Rp 1.500 perkilogram, selama sebulan terakhir terus turun, bahkan pekan ini sampai pada titik terendah Rp 300 perkilogram.
Harga ini membuat petani merugi, karena dengan harga sampai Rp 300 perkilogram, dipastikan modal tidak akan kembali.
Baca Juga : Perumahan Elegan Minimalis Spek Bangunan Premium Taman Tirta Beri Diskon Puluhan Juta
Niwar Efendi, salah seorang petani pepaya dari Kecamatan Tekung Lumajang mengatakan, murahnya harga pepaya ini bukan hanya dialami oleh petani dari Lumajang, namun juga dialami oleh petani pepaya di Kabupaten Jember.
"Kalau ada pedagang yang datang ke lokasi dan mau membeli, ya kita jual walaupun harganya sangat murah. Karena biasanya para pedagang melakukan panen sendiri di kebun pepaya, sehingga kita tidak harus mengeluarkan biaya panen," kata Niwar Efendi.
Akibat harga yang anjlok ini, sejumlah petani membiarkan pepayanya masak di pohon, jika tidak ada pedagang yang datang untuk membeli.
"Kalau harus panen sendiri semakin rugi ongkos petik. Bayangkan 1 kilogram 300 ribu, satu kwintal 30 ribu, dan satu ton hanya dapat uang 300 ribu. Satu ton itu pepayanya banyak sekali, dapatnya hanya 300 ribu," kata Niwar kemudian.
Niwar juga mengatakan, biasanya petani pepaya panen antara 1 minggu sampai 15 hari sekali. Pepaya dari Lumajang biasanya dikirim ke Jakarta, Semarang, Surabaya dan Jogjakarta dan beberapa kota lainnya di pulau Jawa.
Baca Juga : Pulihkan Sektor Ekonomi, Pemprov Jatim Siap Dukung Republik Kopi Bondowoso
Sebagian besar petani Lumajang menanam pepaya Bangkok Thailand. Sedangkan pepaya California walaupun harganya cukup tinggi, namun kurnag diminati petani pepaya di Lumajang.
“Pepaya Thaliand mas yang banyak ditanam, kalau pepaya California kurang diminati,” ujar Niwar lagi.