Museum Penjara Lowokwaru, Jumat (23/10/2020) malam mendapat kunjungan dari Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Jatim dan juga para pegiat museum. Dari kunjungan itu, sejumlah pekerjaan rumah (PR) masih harus dituntaskan untuk memenuhi standar museum.
Ketua AMI Jatim Dwi Cahyono menilai, jika Museum Penjara Lowokwaru tetap saja layak untuk dijadikan sebuah museum meskipun tanpa koleksi.
Baca Juga : 310 Tukang Sampah Datangi Rumah Dinas Wali Kota Madiun, Ada Apa?
"Jadi sebetulnya kalaupun tak punya koleksi pun sudah layak jadi museum, karena bangunan dan lokasinya, modal dasarnya sudah sangat luar biasa. Tapi sekarang punya koleksi banyak, jadi sangat mendukung," bebernya.
Sehingga, dari situ kemudian tinggal mengikuti tahapan-tahapan dalam proses menjadikan museum yang sebenarnya. Di antaranya, perlu disediakan story line, narasi maupun alur pengunjung.
Selain itu, juga harus disusun cara untuk masyarakat yang ingin mengakses museum tersebut. Pasalnya, ada keterbatasan akses untuk masuk ke dalam Lapas.
"Di sini nantinya kami juga akan membantu menggali data untuk story line, sehingga sejarah ini bisa menjadi satu rangkaian untuk diberikan kepada masyarakat sebagai bahan pendidikan dan penelitian. Kami juga minta teman-teman untuk membantu menggali data itu," bebernya.
Kalapas Klas 1 Malang, Anak Agung Gede Krisna menjelaskan, pihaknya serius untuk mengelola museum sesuai dengan tata kelola museum yang sebenarnya. Terlebih lagi, pihaknya juga telah mendapatkan saran dan kritikan dari Asosiasi Museum Indonesia Jatim.
"Kita dapat saran bikin story line dan nanti kita upayakan akan penuhi tahapan-tahapannya. Ya meskipun ada banyak kesulitan, sebab kita ini kan out of the box, tapi kita tetap upayakan," terangnya.
Setelah nantinya tata kelola sesuai dengan standar, Museum Penjara Lowokwaru akan diintegrasikan menjadi sebuah paket perjalanan wisata dengan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Ngajum, Kabupaten Malang.
Baca Juga : Video Viral Seorang Nenek Dipukuli Berkali-kali oleh Wanita Muda di Malang, Warganet Geram
“Tujuan akhirnya adalah paket wisata, yang saat ini aplikasi sedang dirancang untuk bisa dinikmati masyarakat umum. Masyarakat juga bisa bertambah wawasannya, perihal pembinaan di Lapas mulai zaman dulu hingga saat ini,” ujarnya.
"Jadi nggak harus mereka keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) untuk tau atau untuk bisa melihat museum. Nantinya juga akan memberikan Penghasilan Negera Bukan Pajak (PNPB) ke negara," jelasnya.
Sementara itu, mengenai tarif, saat ini masih dalam proses diskusi dengan para pegiat wisata untuk biaya yang akan ditetapkan untuk paket wisata tersebut, baik dari tiket masuk ke museum maupun biaya transportasi ke SAE.
"Kami rencanakan hari Minggu untuk paket wisata itu. Karena Senin sampai Sabtu masih ada pelayanan publik," pungkasnya.