Sebagian orang masih ingat bahwa Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu momen yang sangat penting dalam hidup mereka.
Momen yang menentukan masa depan mereka. Semua orang tentu menginginkan lulus Ujian Nasional. Sehingga, segala upaya dilakukan untuk bisa lulus. Mulai dari rajin belajar, sebagian ada yang curang, hingga tak jarang murid mengambil bimbingan belajar (bimbel) khusus.
Baca Juga : Hari Batik Nasional, Batik Rato WMS Tularkan Virus Membatik pada Anak-Anak
Namun, kabar baik untuk siswa yang harus lulus dari sekolahnya pada tahun depan. Sebab, di tahun 2021, Ujian Nasional diganti dengan Asesmen Nasional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyampaikan, bahwa guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan untuk menghadapi Asesmen Nasional. Tidak perlu cemas bahkan menjalani bimbel khusus.
"Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua, bahwa Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi Asesmen Nasional," kata Nadiem, disimak oleh wartawan media ini di YouTube resmi Kemendikbud.
Pria yang akrab disapa Mas Menteri ini menjelaskan, Asesmen Nasional terdiri atas tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
AKM dirancang untuk mengukur capaian murid dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Kedua, aspek kompetensi minimum ini menjadi syarat bagi murid untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan.
Kata Nadiem, fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain, terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif.
"Jadinya kemampuan literasi dan numerasi adalah kemampuan yang akan berdampak kepada semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari oleh murid-murid kita," terangnya.
Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian murid dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila.
"Dengan 6 indikator utama yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreativitas," sambungnya.
Bagian ketiga dari Asesmen Nasional adalah survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Baca Juga : Dies Maulidiyah ke-59 UIN Malang, Rektor Tekankan Revolusi Menuju Smart Islamic
Asesmen Nasional pada tahun 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar (baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah maupun murid.
"Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya," imbuhnya.
Ia menyatakan, Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan cara menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah.
Jadi, Asesmen Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan.
Ia menambahkan, perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian murid secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.
"Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan di Indonesia," pungkasnya.