Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh kepala daerah memaksimalkan anggaran penanganan dan pencegahan Covid-19 di masing-masing kota/kabupaten. Permintaan Khofifah ini didasarkan, saat dirinya melihat dan mengecek realisasi anggaran Covid-19 rendah.
“Saya pesan ke bupati/wali kota, realisasi anggaran tolong dicek semuanya. Setelah saya lihat beberapa daerah, realisasinya relatif rendah,” katanya usai rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19 di Jatim, bertempat di Klub Bunga Butik Resort, Jumat (11/9/2020) kemarin.
Baca Juga : Tingkatkan Kesadaran Bela Negara, Kesbangpol Banyuwangi Latih 200 Pemuda
“Sekarang ini yang diharapkan percepatan realisasi. Tentu dengan tetap menjaga ketepatan dan akuntabilitas dari penggunaan anggaran itu semua,” tambah mantan Menteri Sosial RI ini.
Dengan memaksimalkan anggaran itu selain penanggulangan Covid-19 bisa terkendali, perekonomian bisa digerakkan secara bersamaan. Sehingga perlu memaksimalkan anggaran di setiap daerah di Jatim.
“Sebelumnya sudah sangat sering diingatkan, oleh karena itu ini sebenarnya mengukur kembali apa yang harus kita maksimalkan dalam pergerakkan ekonomi. Tetapi juga keselamatan kesehatan masyarakat bisa tetap terjaga,” ucapnya.
Sambil bergerak beriringan bersama perekonomian masyarakat, penanggulangan Covid-19 tetap bisa diprioritaskan oleh masing-masing daerah di Jatim. Karena itu supaya kepala daerah agar mengecek kembali terkait dengan realisasi anggarannya.
“Penanggulangan covid-19 bisa dilakukan secara terkendali tapi perekonomian juga kita gerakkan bersama,” terang Khofifah.
Sementara itu Khofifah juga mewanti-wanti dengan adanya tiga kluster yang sedang marak di Jatim. Yakni, kluster keluarga, kluster pemilihan kepala daerah (pilkada), dan kluster perkantoran.
Baca Juga : Perusahaan "Nakal", DLH Kota Malang Siapkan Sanksi
Mengingat dari di Jatim kini terdapat 141 kluster dengan 2.004 kasus. Rinciannya, sebanyak 31 klaster pasar dan TPI sebanyak 199 kasus, 20 klaster tempat kerja dengan 272 kasus, dan dua klaster tempat ibadah sebanyak 74 kasus.
Lalu ada 34 klaster lokal transmission dengan 686 kasus, 28 klaster rumah sakit sebanyak 22 kasus, dua klaster seminar sebanyak 191 kasus, satu klaster mall sebanyak 4 kasus, dan satu klaster pesantren dengan 126 kasus.
Yang terbaru terdapat klaster lembaga permasyarakatan (lapas) sebanyak 57 kasus, 232 kasus di klaster pabrik, serta klaster kantor sejumlah 19-50 kasus, dan klaster pesantren sebanyak 622 kasus.