Apa hubungan mantan Mendikbud dan Menko Kesra almarhum Prof Abdul Malik Fadjar dan pejuang HAM almarhum Munir Said Thalib?
Ada fakta menarik yang disampaikan pengamat politik sekaligus penulis Burhanuddin Muhtadi melalui akun Twitter-nya.
Baca Juga : Tokoh Sesepuh Muhammadiyah Malik Fadjar Meninggal Dunia, Dikenal Banyak Bekerja ketimbang Bicara
Dalam cuitannya, Burhan -sapaan Burhanuddin Muhtadi- mengungkap sebuah wawancara yang dilakukan Munir.
Suatu ketika, Munir mengaku bahwa Malik Fadjar merupakan sosok yang dia kagumi karena telah membantunya menjadi seorang pluralis yang memperjuangkan HAM.
Siapa sangka, tanggal dan bulan meninggalnya Malik Fadjar sama persis dengan waktu meninggalnya Munir yang diracun pada 2004 atau 16 tahun lalu.
Munir diketahui telah meninggal setelah diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda ,pada 7 September 2004.
Munir merupakan satu dari sekian orang yang memilih jalan hidup untuk bersuara dan memperjuangkan hak asasi manusia (HAM). Munir pernah berhadalan dengan Komando Daerah Militer V Brawijaya untuk memperjuangkan kasus kematian Marsinah, aktivis buruh PT CPS Sidoarjo, Jawa Timur, yang diculik dan mati.
Selain itu, Munir pernah menyelidiki kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta pada masa reformasi 1997-1998. Sederet kasus pelanggaran HAM lain, seperti penembakan mahasiswa di Semanggi (1998-1999) hingga pelanggaran HAM masa referendum Timor Timur (1999), juga menjadi catatan sejarah perjuangan Munir.
"Dalam sebuah wawancara, Munir mengaku sosok yg mengubah jalan hidupnya menjadi seorang pluralis yg memperjuangkan HAM adalah Prof Malik Fajar, mantan Mendiknas. Hari ini Prof Malik meninggal dunia, tepat di tanggal dan bulan yg sama ketika Munir diracun 16 tahun yg lalu," cuit Burhan melalui akun @BurhanMuhtadi, Senin (7/9/2020).
Dalam sebuah wawancara, Munir mengaku sosok yg mengubah jalan hidupnya menjadi seorang pluralis yg memperjuangkan HAM adalah Prof Malik Fajar, mantan Mendiknas. Hari ini Prof Malik meninggal dunia, tepat di tanggal dan bulan yg sama ketika Munir diracun 16 tahun yg lalu.
— Burhan Muhtadi (IG: Burhanuddin Muhtadi) (@BurhanMuhtadi) September 7, 2020
Mengetahui cuitan Burhan itu, berbagai komentar disampaikan warganet. Sebagian warganet membagikan kisahnya yang sempat bertemu dengan sosok Malik Fadjar.
Selain itu, mereka mendoakan Malik Fadjar dan Munir agar diterima di sisi Allah SWT.
@MatNatsir: "Tahun 2008 Sempat diajar beliau. Sosok guru yang sejati. Semakin seru, karna saksikan langsung bliau menikmati dua gelas kopi dan dua bungkus rokok dalam waktu 4 jam. Rumusan UU sisdiknas yang bliau susun nyaris sempurna. Sulit temukan celah untuk direvisi. Allhumma yarhamhu."
@ArieKakiailatu: "innalillahiwainnaillahirojiun , prof malik dan munir sedang temu kangen nih."
@ArieKakiailatu: "innalillahiwainnaillahirojiun , prof malik dan munir sedang temu kangen nih."
Baca Juga : Berita Duka, Mantan Menpora Abdul Gafur Meninggal Dunia Akibat Covid-19
@erwinnatosmal: "Betul. Sy baru saja mau ngetwit ini. Sangat kebetulan."
@nousantarien: "Sebuah kebetulan. Alfatihah untuk keduanya."
Biografi singkat Malik Fadjar:
Abdul Malik Fadjar lahir di Yogyakarta pada 22 februari 1939. Ia pernah menjabat sebagai menteri agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kemudian, Malik sempat menjabat sebagai menteri koordinator kesejahteraan rakyat (menko kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang saat itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.
Di luar bidang pemerintahan, Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS). Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan.
Darah guru menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang.
Perjalanan hidup Malik selalu tak lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan. Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.
Malik Fadjar pula berjasa besar mengembangkan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di tanah air. Dia tercatat beberapa periode menjadi rektor di UMM.