free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Wisata

Bromo Dibersihkan Kemenparekraf, Suku Tengger: Leluhur Kami Akan Senang

Penulis : Bilhaq Nazal - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

06 - Sep - 2020, 22:35

Placeholder
Kemenparekraf dan warga suku Tengger bergotong royong membersihkan kawasan wisata Bromo. (Foto: Bilhaq Nazal/ Probolinggotimes)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Gerakan Bersih Indah Sehat dan Aman (BISA) di Puncak Seruni, Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pada Minggu (6/9/2020).

Kegiatan ini dilakukan secara serentak di tiga daerah, di antaranya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengedukasian masyarakat, baik itu warga yang tinggal di wilayah wisata ataupun wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan wisata dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan.

Baca Juga : Gerakan BISA, Kemenparekraf Gerojok Fasilitas Protokol Kesehatan di Wisata Bromo

 

Selain beberapa pemangku kebijakan yang hadir, baik itu dalam skala daerah ataupun nasional, aada sebanyak 200 orang yang juga ikut andil dalam kegiatan ini, mereka adalah masyarakat Suku Tengger.

Mereka berasal dari lima desa dan empat paguyuban di daerah wisata Bromo. Menurut Ketua Paguyuban Kuda Suku Tengger Neli, sebanyak 200 orang warga Suku Tengger terlibat, mereka berasal dari 5 desa di antaranya adalah desa Ngadisari, Desa Wonotoro, Desa Jetak, Desa Wonokerto dan Desa Ngadirejo. 

“Mereka juga berasal dari 4 paguyuban di antaranya adalah paguyuban kuda wisata, ojek, jeep dan paguyuban pemilik warung dan toko yang tersebar di kawasan wisata Bromo,” ucap Neli.

“Kami sedang melaksanakan upacara adat Karo, tetapi kami masih menyempatkan waktu dahulu untuk ikut serta dalam kegiatan ini karena kami pikir leluhur kami akan senang jika lingkungannya bersih dan tentunya ini akan membawa kesehatan bagi kita semua," imbuhnya.

Peringatan Yadnya Karo bertujuan memanjatkan syukur kepada Sang Hyang Widiwasa yang telah menciptakan pasangan Joko Seger dan Roro Anteng sebagai leluhur Bromo dan 25 keturunannya. Perayaan Karo merupakan perlambang asal mula kelahiran manusia, sehingga upacara Karo hukumnya wajib bagi masyarakat Tengger.

Baca Juga : Pembukaan Wisata Kabupaten Malang Telah Didengungkan, Kadisparbud Ingatkan SOP

 

Hari Raya Karo atau Yadnya Karo merupakan hari raya ke-dua setelah Kasada alias bulan ke-dua dari 12 bulan menurut kalender suku Tengger. Perayaan Karo diperingati setiap tanggal 15 di bulan Karo.

Gerakan BISA ini menjadi angin segar bagi masyarakat Suku Tengger. Pasalnya dengan bantuan langsung dari pemerintah, masyarakat Tengger merasa diayomi dalam menghadapi pandemi covid-19 yang menyerang kestabilan ekonomi mereka.

Neli manembahkan, "selama pandemi melanda jumlah wisatawan yang datang mengalami penurunan drastis bahkan bisa dibilang tidak ada pengunjung sama sekali, disamping itu dalam keterpurukan yang sedang terjadi masyarakat Suku Tengger terpaksa hanya mengandalkan kebutuhan perut dari ladang milik mereka," pungkasnya.


Topik

Wisata



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Bilhaq Nazal

Editor

Sri Kurnia Mahiruni