Di tengah hiruk pikuk masyarakat, pendukung, relawan dan simpatisan saat pengawalan Bakal Calon Bupati Ponorogo Sugiri-Lisdyarita, ke kantor KPU (4/9/2020) kemarin, terselip sebuah peristiwa seni budaya yang menggenapinya. Tari jathil Ponorogo menyita dan memesona masyarakat.
Gemulai penari jathil sejak siang pukul 13.30 WIB sudah membuai masyarakat yang ingin menyaksikan aneka kesenian yang tumpah ruah mempertontonkan keahlian masing masing, mengiringi pendaftaran calon Bupati Ponorogo.
Sekitar 3 kilometer sepanjang jalan Sukarno-Hatta dipenuhi pengunjung dan simpatisan pendukung Sugiri-Lisdyarita. Sekian banyak kesenian khas Ponorogo yang ditampilkan semakin memeriahkan acara pendaftaran paslon itu. Tapi, gemulai penari jathil ternyata mampu memesona mata penonton yang luar biasa banyak.
Baca Juga : Tumini Bakul Daster semakin Laris, Kini Menjadi Bintang Youtuber di Tulungagung
Mereka mengiringi tampilan Reog Ponorogo dengan menampilkan tarian-tarian yang indah memesona. Sehingga kesan garang dan perkasanya pemain reog itu menjadi tidak ada justru tampilan itu menjadi lebih indah.
"Seni reog ini adalah kesenian yang identik dengan kesan garang dan perkasa. Namun di balik keperkasaannya tersebut, ada sisi manis yang rugi kalau tidak kita kenal. Yakni penari jathil itu sendiri" kata Kumala Zaini Ramadani salah satu penari jathil.
Dia menambahkan, bahwa tidak jarang tampilan yang paling ditunggu-tunggu adalah penampilan para penari jathil itu. Bahkan dalam perkembangannya, mereka memiliki penggemar sendiri.
Lebih-lebih Pemerintah Ponorogo begitu intens dalam memproteksi kesenian mereka. Bahkan mereka mampu menanamkan kebanggaan tersendiri pada masyarakat Ponorogo, terkait kesenian reog. Hal ini menumbuhkan sisi positif pada kelangsungan kesenian tersebut. Bahkan anak-anak muda juga ikut bangga menampilkan kesenian Reog. Sehingga wajar jika Ponorogo ke depan tidak begitu khawatir jika harus dihadapkan pada regenerasi pelaku seni Reog Ponorogo.
Jathil sampai saat ini begitu populer di Ponorogo, bahkan masyarakat dalam setiap pertunjukan sampai hafal nama-nama penari jathil yang mereka sambut bak artis ibukota. Di Ponorogo sendiri banyak penari jathil yang naik daun sebelum mewabahnya Covid-19.
"Jathil itu adalah sosok penari, sedangkan nama tariannya adalah Jathilan. Tari Jathilan banyak disebut sebagai tarian paling tua di tanah Jawa. Melihat dari skema tarian dan sejarahnya, Jathil adalah prajurit berkuda yang mengiringi kesenian Reog " tuturnya.
Hingga saat ini, Kumala di samping sebagai penari juga terdaftar sebagai seorang mahasiswi di Unipma Madiun. Dia yang terlahir dari keluarga seniman membuatnya tidak bisa jauh dari menekuni kesenian Reog dan berperan sebagai jathilan.
Baca Juga : Bocoran Aturan Khusus Sepeda dari Kemenhub, Gowes Wajib Pakai Helm?
Jathilan dalam tariannya, menggambarkan ketangkasan prajurit yang sedang berlatih di atas kuda. Tariannya ditunjukkan dengan semangat dan berapi-api. Satu kaki diangkat, sedangkan tangannya seolah tengah ancang-ancang menarik panah. Begitu piawai.
"Kalau saya menyukai tari jathilan ini sejak kecil. Walau masih banyak masyarakat yang memiliki pandangan miring mengenai jathilan, namun hal itu kita abaikan dan lebih berfikir untuk melestarikan kebudayaan warisan para leluhur kita. Yang pasti sisi positif menjadi seorang penari itu juga banyak dan sekarang reog sudah memiliki yayasan reog yang mana para pelaku seni tidak di perkenankan mengkonsumsi miras lagi," pungkasnya.
