Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI memperbolehkan adanya kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di tengan pandemi covid-19 jika kondisi daerah tersebut zona hijau. Karena Kota Batu kini kembali zona merah, pembelajaran pun harus berjalan melalui daring.
Namun, di Kota Batu sudah ada satu sekolah yang melakukan pembelajaran tatap muka lantaran terkendala akses internet.
Baca Juga : Bangkalan Zona Orange, KBM Tatap Muka Tunggu Dulu
Selain itu, beberapa orang harus berusaha memenuhi kebutuhan para pelajar supaya tetap bisa belajar. Seperti halnya Mohammad Kerel Kiano Alkibi, siswa kelas V di MI Alam Lukman Al Hakim Kota Batu.
Bocah itu kini sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya dengan berjualan kue dan nasi kotak di Balai Kota Among Tani. Dari hasil berjualan itu, uangnya disisihkan untuk membeli kuota internet.
“Saya jualan untuk membantu ibu, supaya ada penghasilan tambahan beli kuota internet buat sekolah daring. Lalu uangnya juga buat bayar kontrakan,” ujar Kiano.
Saat melintasi lorong perkantoran Balai Kota Among Tani, akan terlihat Kiano duduk dengan membawa beberapa kotak makanan dan menanti pembeli yang ada di sana. Tentunya dengan rasa sabar. Hiingga jam makan siang datang, di situlah momen yang dinantinya.
Ya Kiano berharap para aparatur sipil negara maupun pegawai di sana pasti keluar dari kantor mencari makan dan membeli nasi jajanannya. “Rata-rata ramai kalau siang karena bapak dan ibu pegawai keluar mencari makan siang,” ungkapnya.
Kiano setiap harinya berjualan sejak pagi hingga siang hari. Setelah berjualan, dia pulang dan mengerjakan tugas secara daring dari melalui gawainya.
Baca Juga : Uji Coba Sekolah Tatap Muka Siswa SMK/SMA Segera Dilakukan di Jombang
Keluarga Kiano hanya memiliki satu gawai. Sehingga, Kiano harus berganti menggunakan gawai dengan kakaknya, Nadia Yusfita, siswi yang kini menempuh pendidikan SMP Negeri 2 Batu.
Nadia juga membantu ibunya yang menjajakan tempura di depan rumahnya. “Kalau pagi, kakak yang mengerjakan tugas dulu. Jadi, gantian saya yang siang. Karena HP-nya hanya satu, jadi harus gantian,” tutur anak 11 tahun ini.