JOMBANGTIMES - Sebanyak 18 sekolah di jenjang SMA/SMK di Jombang direncanakan akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka. Hal itu setelah rencana tersebut mendapat persetujuan dari 75 persen wali murid jenjang sekolah tersebut di Jombang.
Rencana uji coba sekolah tatap muka terhadap 18 SMA/SMK ini, telah diajukan oleh Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Kabupaten Jombang kepada Bupati Jombang.
Baca Juga : Formula Studi Pascasarjana, Rektor UIN Malang: Enjoy, Cepat Pintar Cepat Selesai, Tak Mahal
"Rencana uji coba sekolah tatap muka akan dilakukan pada tanggal 4 September besok," ujar Kepala Cabdindik Jatim wilayah Kabupaten Jombang, Trisilo Budi Prasetyo kepada wartawan, Rabu (2/9).
Menurut Trisilo, rencana uji coba pembelajaran tatap muka ini sudah mendapatkan persetujuan dari banyak wali murid di Jombang. Ia telah melakukan survei kuisioner kepada seluruh wali murid di berbagai SMA/SMK di kota santri. Hasilnya, sebanyak 73 persen wali murid menyetujui adanya rencana uji coba pembelajaran tatap muka itu.
"Sebanyak 73 persen atau sekitar 11.339 orang tua setuju. Sisanya hanya 27 persen saja, atau sekitar 4.171 tidak setuju sekolah tatap muka digelar," tandasnya.
Selain wali murid, banyak siswa juga menginginkan kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan secara langsung atau tatap muka. Dikatakan Trisilo, ada 75 persen atau sebanyak 12.261 di tingkat SMA setuju pembelajaran tatap muka dilakukan, sedangkan 4.045 atau 25 persen lainnya tidak setuju.
Kemudian, siswa di tingkat SMK ada 17.790 siswa atau 70 persen menyetujui itu. Sedangkan, 30 persen atau 7.692 siswa sisanya tidak setuju pembelajaran tatap muka digelar. "Jadi prosentasenya lebih banyak yang setuju. Dari hasil itulah kemudian kita ajukan ke ibu bupati untuk dimulai tatap muka," kata Trisilo.
Meski ia sudah memutuskan untuk menggelar uji coba pembelajaran tatap muka, namun pelaksanaannya masih akan menunggu keputusan dari Bupati Jombang. Dari 18 SMA/SMK di Jombang ini, nantinya akan diatur zonasi sesuai dengan peta covid-19 di Jombang yang sudah putih. Hal tersebut sebagai upaya untuk mencegah potensi terpaparnya siswa terhadap covid-19.
"Surat sudah kami kirimkan kemarin, saat ini kami menunggu balasan. Dari 18 sekolah yang tersebar, hampir di semua kecamatan berdasarkan zona putih. di mana di setiap masing-masing kecamatan ada satu sekolah nantinya," ucapnya.
Baca Juga : Simulasi Pembelajaran Tatap Muka SMK/SMA Banyuwangi Dihentikan
Dari 18 SMA/SMK ini antara lain SMA Darul Ulum 1 dan 2 di Kecamatan Peterongan, SMAN Mojoagung dan SMA Muhammadiyah Mojoagung. Kemudian, SMA A Wahid Hasyim Tebuireng di Kecamatan Diwek, SMA Kesamben, Selain itu, SMA Pancasila di Kecamatan Mojowarno, SMAN Ngoro dan SMA Trensains Tebuireng di Kecamatan Ngoro, serta SMAN Ploso.
Sekolah tersebut, lanjut Trisilo, diwajibkan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Mereka diharuskan menyiapkan perangkat protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, alat ukur suhu tubuh, mewajibkan pakai masker bagi guru dan siswa, serta mendesain kelas sesuai beban siswa agar bisa menjaga jarak fisik.
Untuk memastikan itu, Trisilo akan membuat tim dengan 20 orang pengawas. Tujuannya untuk mengecek kelengkapan protokol kesehatan itu ke sekolah.
"Jadi ada dua opsi, kalau sekolah ini sudah siap memenuhi protokol kesehatan, hari Jumat besok kita izinkan. Namun kalau butuh prepare lagi, maka bisa dimulai Senin 7 September. Selain itu, teknis aturan, jumlah siswa per kelas hanya diisi 9 orang, kemudian siswa tidak boleh makan di kantin serta tidak ada jam istirahat," pungkasnya.(*)