free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Ramai lagi tentang Gay, Begini Kata Psikolog Tulungagung

Penulis : Anang Basso - Editor : A Yahya

03 - Sep - 2020, 04:21

Placeholder
Penggerebekan Gay di Jakarta, Psikolog Ifada Nur Rohmaniah / Foto : Istimewa / Tulungagung TIMES

Meski berita penggerebekan puluhan komunitas gay atau lelaki penyuka sesama jenis terjadi di Jakarta, namun di Tulungagung ramai diperbincangkan publik. Hal itu terjadi lantaran berkali-kali Polda Jawa Timur mengungkap hubungan sesama jenis ini dan menangkap beberapa orang pelakunya.

Meski diakui, fenomena Lelaki Seks Lelaki (LSL) di wilayahnya memiliki tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir bukan berarti selalu ada keringanan bagi pelakunya untuk menjadi gay.

Baca Juga : Heboh Isu Rakyat Timor Leste Ingin Kembali Gabung ke Indonesia hingga Trending Topic

"Tidak ada seseorang terlahir sebagai Gay ataupun Lesbian, Nobody born is Gay or Lesbian," kata Psikolog Ifada Nur Rohmania, Rabu (02/09/2020) saat media ini menghubunginya.

Dari yang terungkap di Kota Marmer ini, kategori usia pelajar menjadi penyumbang angka yang cukup signifikan. Dinas Kesehatan mencatat, pelajar yang terdeteksi LSL mencapai 50-60 persen. "Dari perspektif psikologi, remaja ini posisinya transisi, secara hormonal juga sudah mulai aktif, sehingga sangat labil. Sedangkan kalau pencetus orientasi seksual itu banyak faktornya," kata Ifada.

Di antara faktor itu juga pola asuh, pergaulan, kemudian juga ada sejarah masa lalu, termasuk adanya traumatik akibat menjadi korban kekerasan seksual masa lampau bisa menjadikan tercetusnya orientasi seksual sejenis.

Orientasi seksual ini menurut Ifada juga harus di-Assessment, seperti ada skala kinsey yang biasa dipakai mengetahui bahwa itu di gradasi berapa. Apakah dia sudah sampai perilaku hubungan seksual atau masih sebatas menyukai sesama jenis.

Penanganan yang bisa dilakukan juga harus beda antara yang sudah pernah melakukan hubungan seks sesama jenis dengan yang belum pernah. "Harus dibedakan cara penanganannya," lanjutnya.

Bagi Ifada, keluarga menjadi kunci dan memiliki peran sangat penting untuk mencegah anak laki-laki memiliki orientasi seksual yang menyimpang. "Pola asuh, lingkungan memberikan kontribusi dalam mengonstruksi pikiran anak. Umur 5 tahun pikiran anak sudah berbelok kalau ditemukan diketahui sudah remaja tergolong sudah mengkristal," terangnya.

Baca Juga : Maryoto-Suharminto Islah, Warga Pikul Keranda Mayat dari Gedung DPRD ke Polres Tulungagung

Untuk itu, kepekaan harus dimiliki oleh setiap orang tua, sebab pada ranah psikologis anak remaja boleh terjadi kekosongan. Perbedaan orientasi seksual pada remaja tidak muncul secara tiba-tiba, tapi terkonstruksi secara bertahap, sehingga memiliki cara berpikir yang berbeda.

"Orang yang berorientasi seksual sejenis bisa terjadi laki-laki maupun perempuan, untuk laki-laki biasa disebut gay kemudian kalau perempuan lesbi," tegasnya.

Konstruksi pikiran yang sering ditimbulkan oleh pola asuh dari orang tua di antaranya kekhawatiran bahwa nanti anaknya pacaran kebablasan, sehingga doktrinasi semacam itulah yang kemudian diketahui anak. "Sehingga ketika usia remaja menyimpulkan bergaul dengan lawan jenis tidak boleh, akibatnya apabila perempuan hanya bergaul dengan perempuan dan lelaki hanya dengan lelaki," paparnya.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

A Yahya