Sepanjang perjalanan kisah babat tanah Jawa di masa kejayaan agama Hindu dan Buddha, ada peninggalan benda bersejarah yang melegenda, khususnya di kalangan masyarakat kaum animisme dan dinamisme.
Benda bersejarah tersebut adalah pusaka berupa keris hasil karya para empu di tanah Jawa. Sakral dan memiliki daya magis tinggi. Itulah mitos yang masih berkembang di kalangan masyarakat pencinta benda bertuah tersebut.
Baca Juga : Keris yang Masih Eksis di Zaman Digital, Butuh Serangkaian Ritual Khusus Pegangan Pribadi
Keris merupakan salah satu pusaka asli Nusantara yang dijadikan benda antik nan bertuah. Zaman sekarang keris tidak lagi menjadi pegangan dalam perang, namun menjadi pegangan dan filosofi dalam melakoni kehidupan.
Keris kerap.menjadi ‘ageman’ atau pegangan para pejabat dalam mempertahankan jabatannya, pangkat, dan kedudukannya. Selain itu, keris menjadi salah satu koleksi bagi penyuka benda-benda pusaka.
Dan uniknya, untuk semua jenis pusaka tersebut, setiap bulan Suro sudah menjadi keharusan untuk dimandikan. Tak heran bulan Suro seperti ini adalah bulan keberuntungan bagi orang yang menyandang profesi sebagai tukang memandikan pusaka.
Itu terbukti, setiap penanggalan Jawa di bulan Suro atau Muharam atau setiap satu tahun sekali, para pencinta benda pusaka tidak akan pernah lupa memandikan pusakanya di tukang warang pusaka.
Seperti halnya Mbah Jasikin, warga Desa Puhrubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Setiap bulan Suro, dia selalu kebanjiran order dalam memandikan keris.
"Ritual membersihkan keris ini menjadi cara yang bisa mengisi kembali energi dalam keris tersebut. Adapun alat-alat yang perlu disiapkan salah satunya tempat air (baskom) untuk memandikan atau mencuci pusaka," ungkap kakek yang mengaku berusia 133 tahun itu.
Sedangkan alat lainnya seperti kemenyan, dupa, dan bunga setaman. Kembang setaman yang terdiri dari lima macam, yakni kembang kanthil, kembang melati, mawar merah dan putih, serta bunga kenanga. Fungsi utama bunga ini nantinya dicampurkan ke dalam air dalam baskom yang akan digunakan untuk membasuh pusaka.
Selain itu, kemenyan atau dupa dipergunakan saat ritual jamasan pusaka akan dilakukan. Selanjutnya, belimbing wuluh atau jeruk nipis diperlukan sebagai penghilang karat yang terdapat pada benda pusaka.
Adapun minyak yang biasa digunakan sebagai cara memandikan keris yaitu minyak misik, minyak zakfaron, minyak jamas, minyak kayu cendana, minyak melati, dan minyak seribu bunga. Kain kafan atau kain mori juga penting dalam cara memandikan keris. Kain ini nantinya digunakan untuk membungkus pusaka keris yang sudah dimandikan.
“Itu peralatan yang dibutuhkan dalam menjamas keris. Cara-cara seperti itu merupakan warisan yang telah diajarkan oleh para empu dan leluhur dalam merawat keris pusaka,” ungkap Jasikin,
Mbah Jasikin memang dikenal sebagai tokoh spritual yang memiliki keahlian mencuci keris dan benda bertuah lainnya.
Baca Juga : Rayakan Muharram, Warga Dusun Junggo Gelar Ritual Jenang Suro dengan Protokol Kesehatan
Bulan Suro seperti sekarang, keahlian Mbah Jasikin dalam mencuci benda pusaka diburu banyak orang. Terutama para kolektor benda pusaka.
Meski demikian, dalam melayani cuci keris, Mbah Jasikin sama sekali tidak pernah mematok harga. Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas.
Padahal, pekerjaan yang dilakukan oleh Jasikin ini terbilang bukan pekerjaan yang tak sembarang. Tak khayal, ia pun harus berpuasa dan melakukan sejumlah ritual khusus sebelum melakukan penjamasan terhadap barang pusaka tersebut.
"Saya ikhlas tidak mengharapkan upah. Bila diberi, saya terima. Jika tidak, ya tidak apa-apa," katanya.
Disinggung selama melakukan penjamasan keris ini apakah sempat mengalami hal-hal mistis, Mbah Jasikin pun menjawabnya tidak. "Selama ini saya merasa tidak pernah diganggu oleh makhluk gaib apa pun. Karena semua telah saya lakukan dengan benar, termasuk berdoa kepada sang pencipta," ucapnya.
Menurut Mbah Jasikin, jika memasuki bulan Suro seperti ini, banyak pemilik benda pusaka yang menitipkan sejumlah koleksinya kepada dirinya untuk dilakukan penjamasan.
"Delapan hari memasuki bulan Suro ini, saya telah mengerjakan belasan keris untuk dilakukan penjamasan. Jumlah ini bisa terus meningkat selama memasuki bulan Suro," tandasnya.