Petani sayuran di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri saat ini tengah dilanda gundah gulana. Pasalnya harga sayuran di tingkat petani tengah anjlok bahkan terbilang sangat rendah dalam beberapa waktu terakhir ini, sehingga membuat mereka terpuruk.
Saumalabidin (44), salah seorang petani sayuran setempat mengatakan, kondisi tak menguntungkan ini mulai dirasakannya sejak tiga bulan terakhir semenjak munculnya wabah virus corona atau Covid-19 yang membuat tingkat daya beli konsumen menurun. "Sejak ada Covid-19, tingkat penjualan komoditas sayuran anjlok drastis, sehingga berpengaruh terhadap harga yang juga terus merosot," ujarnya,
Baca Juga : Promo Kemerdekaan Taman Tirta Malang Diburu, per 20 Agustus 15 Unit Taman Tirta Malang Terjual
Menurut Saumalabidin, anjloknya penjualan yang diperparah dengan harga yang turun sangat drastis terjadi bukan hanya pada satu jenis sayuran, akan tetapi hampir semua jenis sayuran yang ditanamnya, seperti Tomat dan mentimun.
Saat ini menurut Saumalabidin, harga tomat di tingkat petani hanya dihargai Rp 500 per kilogram. Sedangkan Mentimun Rp 700 per kilogram. Padahal dua komoditas tersebut biasanya dapat dijualnya seharga Rp 2000 per kilogram.
"Jelas kami akan merugi dengan patokan harga tersebut. Bagaimana tidak, dalam satu pohon tomat saja misalnya. Itu menghabiskan biaya senilai Rp 3.000 per satu pohon. Sedangkan dalam satu pohon hanya menghasilkan sekitar 3 kilogram sampai dengan 4 kilogram tomat," sebutnya.
Lebih lanjut, Saumalabidin menyebut, pandemi Covid-19 ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat penjualan hasil pertanian, terutama sayuran. Banyaknya warga yang enggan pergi ke pasar karena takut tertular virus corona menyebabkan tingkat permintaan barang dari pasar-pasar tradisional ke pasar induk juga turun. Begitu juga tingkat permintaan dari pasar induk ke petani atau bandar yang juga ikut turun.
Menurut Saumalabidin, selain banyak warga yang enggan pergi ke pasar, tidak sedikit pula saat ini warung-warung yang tutup, begitupun pedagang di sekolah-sekolah yang sudah tak bisa berjualan lagi.
Baca Juga : Pemkot Kediri Segera Ekspor Produk UMKM ke Belanda dan Australia
Saumalabidin mengatakan, kondisi seperti sekarang ini telah menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi para petani sayuran seperti dirinya. Jumlah kerugian yang dialami rata-rata mencapai 50 persen dari jumlah modal yang dikeluarkan mulai dari pembelian bibit dan pupuk, upah pemeliharaan, dan yang lainnya.
"Meski kita merugi, tapi mau bagaimana lagi, barang yang ada ini tetap akan kita jual dan saya berharap agar situasi yang sulit ini bisa segera berakhir, begitupun dengan pandemi corona," pungkasnya.