Sudah bukan rahasia umum beberapa pasar tradisional di Surabaya kondisinya memprihatinkan. Pengap, becek, bau dan kotor. Jauh dari kategori pasar sehat. Yakni, yang memiliki sirkulasi udara segar, tidak becek, bersih dan tidak berbau pekat.
Akibatnya di tengah pandemi Covid-19 saat ini selalu ada saja pedagang yang ditemukan positif Covid-19. Dengan jumlah yang tidak sedikit, yaitu mencapai puluhan orang di setiap lokasinya.
Salah satu dugaanya adalah buruknya sirkulasi udara di pasar menyebabkan pedagang rentan terpapar Covid-19. Apalagi saat ini seperti disebutkan WHO bahwa penularan Covid-19 bisa melalui jalur udara.
Misalnya di Pasar Pabean. Di sana dikeluhkan salah satu pedagang memiliki sirkulasi udara yang buruk. Sehingga salah satu pedagang bernama Maemunah memilih untuk tidak mengenakan masker dengan alasan malah mengalami sesak.
"Dipakai dan dibuang (lepas) gitu. Nanti pas sesak biar tak kena corona tetap mati," kata perempuan yang sempat viral videonya di medsos ini.
Sebelumnya Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro sudah memperingatkan agar sirkulasi udara dalam ruangan harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari penularan Covid-19.
“Maka, pastikan ruang kerja atau ruang tempat kita beraktivitas memiliki sirkulasi udara yang baik dan mendapatkan sinar matahari,” ujar dr. Reisa pada konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, pertengahan Juli ini.
Dia menyampaikan dalam suatu penelitian, transmisi lewat udara dapat terjadi pada prosedur yang menimbulkan aerosol. Seperti di fasilitas kesehatan, seperti melalui bronkoskopi, intubasi trakea, pemberian tekanan pada dada saat resusitasi jantung dan kegiatan serupa lainnya.
Dokter Reisa menyampaikan WHO mendefinisikan penularan melalui udara sebagai penyebaran agen penular yang disebabkan oleh penyebaran aerosol, yang melayang di udara dalam jarak dan waktu yang lama.
Menurutnya, teori menunjukkan bahwa sejumlah droplets pernapasan dapat menghasilkan aerosol. Aerosol sendiri itu adalah tetesan pernapasan yang sangat kecil, sehingga dapat melayang di udara.
“Saya ulangi lagi, droplets adalah buliran dengan ukuran partikel lebih dari 5 mikrometer. Sedangkan aerosol ukurannya lebih kecil lagi, yakni kurang dari 5 mikrometer. Dan airborne adalah penularan via aerosol dalam jarak jauh,” imbuhnya.
Dan faktanya di Surabaya dalam satu minggu terakhir ini selalu ditemukan puluhan pedagang yang positif Covid-19. Itu ketika digelar Rapid Test massal di sana.
Sabtu (25/7/2020) baru saja digelar rapid test massal oleh Pemkot Surabaya di Pasar Pabean. ada 347 orang yang di rapid test. Mereka terdiri dari pedagang ikan di Pasar Pabean dan di Jalan Panggung. Selain itu, pengunjung serta supplier ikan yang sedang mengirim ikan basah juga ikut dirapid.
“Hasilnya, dari 347 orang tersebut, 47 orang hasil rapid test-nya adalah reaktif. Mereka yang dinyatakan reaktif langsung dilakukan swab test. Mereka yang reaktif kan belum tentu positif covid-19. Tetapi sementara ini mereka diinapkan di hotel untuk isolasi sambil menunggu hasil swab keluar,” terang Kepala Satpol PP Eddy Christijanto.
Dia menjelaskan rapid test disertai swab ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa di Pasar Keputran Utara dan Pasar Keputran Selatan. “Sehingga kita melakukan testing di pasar yang ada di Kota Surabaya. Kemarin Keputran, sekarang di Pabean. Tujuan kita adalah untuk melihat langkah apa yang harus dilakukan,” terangnya.
Tidak hanya itu, upaya ini menurut dia masih akan terus berlanjut. Selain di Pasar Keputran Utara, Pasar Keputran Selatan dan Pasar Pabean, rapid test dan swab test sangat memungkinkan dilakukan di pasar tradisional yang lain.
“Selanjutnya kita akan terus bergerak. Kita akan melihat potensi mana yang memang harus kita treatment,” imbuh mantan Kepala BPB Linmas ini.
Sebelumnya Pemkot Surabaya juga melakukan testing tiga hari berturut-turut medio 14 – 16 Juli di Pasar Keputran Utara. Hasilnya ada 37 pedagang terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan rincian, pada 14 Juli 2020, sebanyak 13 orang dinyatakan positif, masing-masing 7 orang KTP Surabaya dan 6 orang KTP luar Surabaya, sisanya 6 orang hasil swab negatif.
Kemudian pada 15 Juli 2020, ditemukan 6 orang positif, masing-masing 2 KTP Surabaya dan 4 tidak memiliki identitas. Sedangkan pada 16 Juli 2020, ditemukan 18 orang positif dan 24 negatif test swab, sedangkan hasil inconclusive ada 1 orang. Di hari yang sama pula (16/07), ditemukan 1 orang warga luar Surabaya yang positif di Pasar Pandegiling, dengan hasil negatif swab 7 orang.
Akibat adanya pedagang yang positif ini Pasar Keputran Utara sempat diliburkan seminggu mulai tanggal 21 hingga 27 Juli 2020. Dan tidak menutup kemungkinan juga diberlakukan hal yang sama pada Pasar Pabean Cantikan yang bisa saja ditutup jika memang ada puluhan pedagang positif Covid-19 setelah diketahui dari hasil swab.