free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Tagihan Listrik Bengkak hingga Rp 20 Juta, Warga Buat Pengaduan dan Sebut PLN Tak Adil

Penulis : Arifina Cahyati Firdausi - Editor : Nurlayla Ratri

09 - Jun - 2020, 18:02

Placeholder
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock).

Banyak pelanggan PLN mengeluhkan tagihan listrik membengkak selama masa pandemi Covid-19. 

Tak tanggung-tanggung, salah satu pelanggan PLN mengaku tagihan bulanannya bahkan naik hingga mencapai Rp 20 juta. 

Baca Juga : Pembangunan PJU Terhenti Lantaran Covid-19, Anggaran Tersisa Rp 720 Juta Fokus Perbaikan

Teguh Wuryanto, seorang pelanggan PLN menyampaikan keluhannya atas tagihan yang membengkak di media sosial Facebook. 

Ia yang merupakan warga Lawang, Kabupaten Malang ini memiliki usaha bengkel las dan sudah selama 23 tahun berlangganan PLN. 

https://web.facebook.com/groups/631549517001398/permalink/1624917627664577/?_rdc=1&_rdr

Biasanya, tagihan listriknya tidak pernah mencapai angka lebih dari Rp 2,5 juta. 

Namun, kali ini ia dibuat kaget dan tak habis pikir karena tagihan listrik miliknya mecapai Rp 20 juta lebih, tepatnya di angka Rp 20.158.686. 

"Masalah mulai terjadi saat ada penggantian meteran baru, dari meteran manual diganti menjadi meteran digital pada bulan Januari 2020. Penggantian meteran terjadi pada (tanggal lupa), bulan Januari tahun 2020," tulisnya. 

Semula, ia merasa senang lantaran iktikad penggantian meteran digital tersebut dilakukan oleh pihak PLN secara gratis. 

Mengingat, hubungan sebagai pelanggan selama ini tidak pernah mengalami kendala apapun. 

Namun, kecurigaan awal bermula pada bulan Februari 2020 lalu pada pengecekan pemakaian pertama pasca penggantian meteran digital ada lonjakan pemakaian yang sangat besar. 

Tetapi, ia menampik kecurigaannya lantaran tagihan listrik masih tidak ada perubahan signifikan. 

"Kebodohan saya mungkin di situ, kenapa saya percaya saja pada niat baik PLN, kenapa saya saat itu (bulan Februari 2020) tidak ada rasa curiga sama sekali, memang saya menganggap tidak mungkin lah PLN yang katanya PROFESIONAL (yang BUMN yang Milik Negara yang Assetnya Trilyunan) sampai TELEDOR (KHILAF) seperti itu. Begitulah pikiran kami waktu itu (Februari 2020), kami akhirnya mengikuti saja skenario PLN," lanjutnya. 

Hingga pada bulan Maret dan April 2020, menurutnya tidak ada petugas pencatat meteran dari pihak PLN. Ada yang mengatakan, jika rumahnya kosong karenanya petugas tidak melakukan pengecekan. 

Padahal selama 23 tahun tidak pernah sekalipun terjadi hal seperti itu. Namun, karena lagi-lagi tagihan di bulan tersebut masih dalam batas wajar maka kecurigaan itu luntur lagi. 

"Tapi lagi-lagi karena tagihan Listriknya yg muncul bulan Maret 2020 dan April 2020 biasa2 saja Turun dan Naik dalam batas wajar (sama seperti selama ini 23 tahun) . . . . kami tidak curiga ..... LAGILAGI KAMI TIDAK MENARUH CURIGA SEDIKITPUN. Sampai disini apakah saya dianggap BERSALAH karena tidak curiga," ungkapnya. 

Sampai akhirnya pada bulan Mei 2020, petugas PLN datang dan mencatat meteran listrik. Sama seperti bulan Februari lalu, ia menyebut ada pemakaian yang luar biasa. 

Tetapi, mengingat bulan-bulan sebelumnya tagihan dalam batas wajar, ia tetap tidak menaruh kecurigaan. Dia bahkan berpikir tidak mungkin perusahaan BUMN PLN bakal teledor dalam penghitungan meteran listrik. 

Sampai, tagihan bulan Mei 2020 keluar dengan nominal yang tak diduganya senilai Rp 20 jutaan tersebut. Ia dan sang istri dibuat tak percaya akan besaran nominal angka nol yang tertera. 

"Benar2 seperti mimpi saya. Rasanya seperti dijatuhkan dari tingginya Iangit . . . . saaakiiit . . . . Dan saat itu juga saya Iangsung cek meteran di tempat saya, dan saya coba hitung sampai hari ini . . . . ..... WOW.....DAHSYAT..... 
Sebenarnya apa sih kesalahan saya sebenarnya, sampai pihak PLN tega berbuat seperti ini. Ini benar2 langsung MEMATIKAN USAHA saya," terangnya. 

Hal tersebut seakan membunuh usahanya yang menggantungkan hidup dari usaha bengkel las miliknya. 

Baca Juga : Dituding Tutup Mata Kasus Pelemparan Botol Bir, Ini Jawaban Ketua DPRD Tulungagung

Pihaknya, sudah mendatangi Kantor PLN Cabang Lawang dan PLN Malang untuk meminta penjelasan akan kebijakan tersebut, tapi seakan pelanggan yang dianggap teledor dalam pemakaian. 

Ia tetap diminta untuk melunasi tagihan puluhan juta tersebut jika tetap ingin berlangganan dengan pihak PLN. 

Dia menyayangkan sikap PLN yang seperti itu tanpa ada sosialisasi dalam penggantian meteran digital yang menjadikan tagihannya membengkak drastis. 

"Entah, pakai apa kami untuk melunasinya, kami saat ini benar2 tidak berdaya, kami telah terdampak COVID19, dan usaha kami terseok-seok untuk hanya sekedar bertahan hidup," katanya. 

Dan saat ini, per tanggal 31 Mei 2020 meteran listrik miliknya kena segel oleh pihak PLN. Dengan kata lain, ia dianggap sebagai pihak yang bersalah dan tidak mau memenuhi kewajiban membayar tagihan listrik yang dibebankan. 

Pihaknya saat ini menginginkan tempatnya untuk tidak diblacklist karena ia merasa tidak melakukan kesalahan, dan menganggap hal ini adalah akal-akalan dari PLN.

Dia juga memohon juga kepada pihak PLN untuk melakukan tera ulang meteran digital, apakah benar tidak ada masalah. 

Berikutnya ia juga berharap pihak PLN mau melakukan sosialisasi sebelum melakukan pergantian meteran manual ke digital ke masyarakat sehingga tidak ada kasus-kasus baru. 

"Karena ternyata persiapan yang harus dilakukan untuk penggantian meteran baru tidaklah murah dan membutuhkan biaya besar, waktu, keahlian dan pengorbanan," tandasnya. 

Postingannya tersebut mendapat berbagai respon dari pengguna Facebook. Bahkan memang ada banyak yang juga mengalami kenaikan tagihan listrik, meskipun tak sebesar dirinya. 

Bolang Agro Malang, misalnya yang menyatakan begitu menyedihkan ketika pelanggan yang dianggap salah karena pandemi Covid-19 tidak ada pencatatan dari petugas.
 

Begitupun dengan pengguna facebook lainnya, yang menganggap apa yang dilakukan pihak PLN begitu zalim. 

Bahkan ada juga yang merasa ketika rumahnya kosong selama 3 bulan tetapi tagihan listriknya tetap terhitung. Padahal listriknya mati dan tidak ada penggunaan sama sekali. 

Tak hanya di media sosial Facebook saja, di media chat WhatsApp keluhan akan kenaikan tagihan listrik juga terjadi. Banyak yang mempertanyakan apakah benar semuanya mengalami kenaikan dari PLN.

Banyak pihak menyayangkan kenaikan tagihan dan ada yang merasa tidak adil karena ID listrik pengisian token diblokir.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Arifina Cahyati Firdausi

Editor

Nurlayla Ratri