Untuk membeli bahan makanan dan minuman, saat ini konsumen lebih memikirkan perihal standar produksi.
Seperti yang dilakukan oleh perusahaan pengolahan pakan Cargill.
Cargill saat ini diketahui telah memanfaatkan teknologi guna meningkatkan transparansi dan mengembangkan bisnis sektor kakao.
Dimana di dalamnya sudah mencakup peningkatan kehidupan petani dan komunitas mereka dari lima negara.
Yakni Brasil, Kamerun, Pantai Gading, Ghana dan Indonesia yang diketahui negara-negera tersebut merupakan asal sumber kakao.
Cargill menjadi sorotan dan semakin maju tertuang di Cargill Cooa & Chocolate 2019-2019 Sustainability Progress Report.
Terkait teknologi dan transparansi yang akan dilakukan oleh Cargill ini, Presiden Cargill Cocoa & Chocolate, Harold Poelma pun memberikan penjelasan.
”Sustainability Progress Report ini, menyoroti bagaimana upaya Cargill menggunakan teknologi untuk menghubungkan setiap titik dalam rantai pasokan kakao. Transparansi maksimum di sektor kakao sangat penting untuk membuat kemajuan nyata dalam menjamin keberlanjutan sektor ini.
Tidak hanya membantu petani kakao, keluarga, dan komunitas mereka menjadi makmur, tetapi juga membantu melindungi planet kita. Dengan bekerja sama dengan mitra, kami yakin dapat terus membuat langkah besar dalam mencapai sektor kakao yang berkembang," ujar Harold Poelma.
Foto: facebook
Baca Juga : Pandemi Covid-19, Tiga Sektor Ekonomi di Kota Malang ini Paling Terdampak
Kini lewat Cargill Cocoa Promise, Cargiil menyadari peluang yang ditawarkan oleh teknologi untuk mengembangkan bisnis ini.
Antara lain seperti e-money, GPS dan pengumpulan data digital yang memungkinkan trasparansi lebih besar.
Hal itu tentang bagaimana kakao mulai ditanam dan bersumber dari petani.
Sedangkan, untuk tonggak penting di periode 2018-2019 ialah:
- Menggunakan keranjang kakao dengan diberi barcode dan Cooperative Management Systems (CMS) digital, 50% biji kakao dalam rantai pasokan langsung global sudah dapat dilacak, mulai dari saat masih di pertanian hingga tiba di pabrik. Pada periode 2018-2019, 151.190 metrik ton biji kakao berhasil dilacak.
- Implementasi Child Labor Monitoring and Remediation Systems (CLMRS) untuk menangani pekerja anak telah meningkat secara signifikan. Selain Pantai Gading, Cargill juga menyebarkan CLMRS di Ghana dan Kamerun, yang mencapai total 58.800 petani pada periode 2018-2019.
- GPS polygon berhasil memetakan 72% dari semua petani dalam rantai pasokan langsung, yang mewakili lebih dari 400.000 hektare lahan pertanian. Cargill juga sedang dalam upaya mengidentifikasi dari mana kakao itu berasal, daerah mana yang beresiko deforestasi dan bagaimana mengurangi risiko ini melalui intervensi khusus.
Alat-alat digital ini nantinya akan memberi informasi kepada koperasi dan petani kakao.
Selain itu juga bisa berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan petani selama krisis, seperti pada saat pandemi Covid-19.
Alat pertanian digital Cargill juga bisa memperkuat upaya sosialisasi keselamatan dari pemerintah untuk membantu mengurangi penyebaran virus.
Oleh sebab itu, Cargill melihat digitalisasi dapat mendorong perubahan di seluruh rantai pasokan kakao.
Karena alasan itulah Cargill mengembangkan platform data yang luas, hingga memiliki lebih dari 300 titik data di sepanjang rantai pasokan.