Setelah pandemi Covid-19 berlangsung, banyak industri akan mengalami keterpurukan. Oleh karena itu, diperlukan strategi komunikasi dalam bentuk public relations yang merangkap tugas sebagai seorang marketing.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) Maulina Pia Wulandari SSos MKom PhD dalam Webinar "Masa Depan Public Relations di Tengah Perubahan Dunia Akibat Pandemi Covid-19" beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga : Apartemen The Kalindra Malang Cocok untuk Hunian Pribadi Para Profesional
"Dituntut peran seorang Public Relations yang tidak hanya bisa bercakap-cakap dengan orang lain, tapi juga harus dibekali dengan ilmu marketing yang bisa membantu mengakselerasi bisnisnya," ucap Pia.
Yang dibutuhkan oleh bisnis saat ini, kata Pia, tidak hanya reputasi, tapi bagaimana sebuah organisasi bisa tetap sustain.
Dia menambahkan, dalam menghadapi krisis seperti ini, seorang PR juga harus mempunyai kemampuan scanning environment, analisis, dan berpikir kritis.
"Sehingga ketika menghadapi pandemi seperti saat ini, mereka sudah mempunyai strategi jangka panjang dan jangka pendek untuk keberlangsungan sebuah organisasi," imbuhnya.
Sementara, di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, masyarakat diharuskan memanfaatkan teknologi dalam berkomunikasi. Sayangnya, komunikasi dengan teknologi dianggap mempunyai kelemahan karena hanya bersifat satu arah.
"Komunikasi yang dilakukan dengan satu arah dikhawatirkan menimbulkan distorsi informasi. Masyarakat yang biasanya bisa memeluk, menyentuh untuk meredakan emosi saat ini semua hanya bisa dilakukan secara virtual," paparnya.
Baca Juga : Pemasukan Daerah di Tiga Sektor Pajak Terpantau Aman saat Penerapan PSBB
Pia menambahkan, dalam komunikasi digital tidak ada genuisitas atau originalitas dalam berinteraksi oleh karena itu diperlukan trust and honest antar kedua belah pihak.
"Ketika seseorang sedang melakukan komunikasi secara virtual, orang hanya melihat bagaimana performa mereka saat itu. Oleh karena itulah dibutuhkan trust and honest antar berbagai pihak. Tidak hanya itu, trust and honest juga perlu diterapkan ketika organisasi melakukan komunikasi secara digital dengan publik/stakeholder," pungkasnya.