Selain bantuan resmi yang disalurkan pemerintah, sumbangan-sumbangan dari berbagai kalangan masyarakat masih terus mengalir untuk meringankan beban warga tak mampu di tengah pandemi Covid-19.
Seperti yang dilakukan jajaran Polsek Ngrayun, Ponorogo yang melakukan aksi kemanusiaan berbagi paket bantuan pangan.
Baca Juga : Wings Group Serahkan Bantuan Ventilator ke Pemprov Jatim
Para anggota polisi tersebut melakukan penggalangan dana untuk dirupakan bahan kebutuhan pokok yang lantas dibagikan pada warga yang membutuhkan.
Kapolsek Ngrayun Akp Suroso mengungkapkan, pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat banyak yang tidak bisa bekerja secara maksimal.
Hal ini menurutnya mengakibatkan beban ekonomi yang semakin parah.
"Tidak bisa dipungkiri, ada banyak yang kesulitan bekerja, atau memang sejak sebelum pandemi tidak mampu lagi bekerja dan hanya mengandalkan bantuan pemerintah," terangnya.
Orang-orang tersebut, lanjutnya, tergolong sebagai masyarakat rentan yang harus dibantu untuk bertahan hidup.
Di antaranya yakni warga lanjut usia (lansia) telantar, penyandang disabilitas, anak yatim-piatu, penyandang masalah kesejahteraan sosial, dan lain-lain.
"Untuk itu dengan kesadaran bersama, sekaligus di bulan Ramadan ini, kami mengajak anggota menyisihkan sebagian rezeki dan berbagi pada warga masyarakat," tuturnya, Jumat (15/5/2020) siang.
Suroso menguraikan, pada kegiatan itu mereka membagikan 11 paket berupa sembako dan mi instan yang berasal dari Polres Ponorogo dan 17 paket swadaya dari anggota Polsek Ngrayun.
Baca Juga : Belum Dicover Bansos, Polres, Kodim Dan Bupati Tulungagung Berikan Sembako Warga Miskin
"Kami juga terus mengimbau pada anggota Polsek Ngrayun untuk terus berupaya membantu warga dengan menyisihkan rezeki mereka. Alhamdulillah dapat terkumpul dan diwujudkan paket sembako," tutur Suroso.
Saat penyaluran bantuan, jajaran Polsek Ngrayun turun langsung ke rumah-rumah warga dengan didampingi anggota Bhabinkamtibmas bersama dengan Koramil 0812 Ngrayun.
Dalam kesempatan itu pula, pihak Polsek Ngrayun juga sempat mengunjungi salah satu lansia telantar bernama Mbah Tuk.
Perempuan yang tinggal di Dusun Krajan, Desa Baosan Lor ini hidup sebatang kara, tidak mempunyai rumah, kesehariannya berteduh di kandang sapi tetangga.
Mbah Tuk juga diketahui tidak mempunyai sanak saudara.
Sehingga, untuk kebutuhan makan sehari-hari nenek ini hanyalah menanti pemberian uluran tangan dari tetangga terdekat.