Cerita soal jenazah yang dihanyutkan sempat menuai perhatian publik pekan kemarin, ketika jasad salah satu warga Indonesia dilarung ke laut saat dia meninggal di atas kapal milik China.
Kisah yang mengharukan itu akhirnya mengungkap adanya eksploitasi tenaga kerja Indonesia.
Baca Juga : Ini Beda Zakat Fitrah dan Zakat Mal, Jangan Sampai Keliru Mengartikannya
Namun, ada kisah lain soal jenazah yang dihanyutkan pada zaman sahabat Rasulullah.
Dikisahkan, ada seorang sahabat Rasulullah SAW yang gagah berani di medan perang. Dia bernama Ashim bin Tsabit.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan di jalan Allah, Ashim selalu berhasil menebas kepala setiap kaum musyrik yang memusuhi Islam saat itu.
Keberanian dan kegagahannya di medan perang pun didengar oleh banyak musuh. Hal itu juga yang kemudian membuat Ashim bin Tsabit menjadi sasaran para musuh.
Hingga suatu ketika, disebutkan ada seorang perempuan yang menaruh dendam sangat besar kepada Ashim bin Tsabit.
Perempuan itu berujar kepada kaum musyrik akan menghargai mahal kepala dari Ashim bin Tsabit. Perempuan itu bahkan berencana akan menggunakan kepala Ashim sebagai batok minuman keras atau khamer untuk kemudian dikonsumsi.
Janji perempuan itu terdengar oleh banyak kaum musyrik. Hingga suatu ketika, Ashim bin Tsabit gugur dalam medan perang.
Namun saat itu, orang yang membunuh Ashim tak mengetahui jika itu merupakan jasad pria yang kepalanya dibayar mahal oleh seorang perempuan musyrik.
Pembunuh dan kaum musyrik lain pun akhirnya kembali ke medan perang mencari jasad Ashim bin Tsabit saat menyadari itu adalah jasad Ashin. Saat tiba di tempat tergeletaknya jasad Ashim, pasukan musyrik itu sama sekali tak dapat mendekati jasad Ashim.
Karena sekelompok lebah berada di sekitar jasad Ashim dan siap menyerang siapapun yang berani mendekati jasad Ashim.
Baca Juga : Kisah Lucu Sahabat Rasulullah yang Bersin Saat Salat Berjamaah
Para kaum musyrik itu bergantian satu per satu untuk menjamah jasad Ashim. Namun sekeras apapun langkah yang diambil, mereka sama sekali tak bisa menjamah tubuh Ashim yang telah dilindungi Allah SWT tersebut.
Lantaran merasa kebingungan, kaum musyrik itu memilih berdiam di sekitar jasad Ashim dan menunggu kelompok lebah yang menjaga jasad Ashim pergi. Namun tak lama, Allah SWT pun menurunkan hujan yang sangat deras. Airnya pun mengalir seperti bah.
Derasnya air pada akhirnya membuat jasad Ashim bin Tsabit seolah berjalan sendiri menjauh dari orang-orang musyrik tersebut.
Sedangkan segerombol orang musyrik yang hendak mengejar jasad Ashim pun tak bisa bergerak. Hingga pada akhirnya, jasad Ashim terseret dan belum diketahui keberadaannya hingga sekarang.
Sebelum gugur secara syahid, dikisahkan jika Ashim bin Tsabit ternyata senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Salah satu doa yang selalu ia sampaikan adalah agar tubuhnya tak terjamah oleh kaum musyrik saat ia mati syahid.
Doa itu ternyata dikabulkan oleh Allah SWT dengan mendatangkan lebah saat musuh hendak menjamah tubuh Ashim.
Kemudian diturunkan pula hujan yang deras dan membuat jasad dari Ashim semakin jauh dari jamahan orang-orang musyrik.
Kisah ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa berdoa dan yakin akan kekuatan doa. Karena hal yang sangat tak mungkin akan menjadi mungkin dengan kekuatan doa.