Sektor ekonomi kreatif (ekraf) terus didorong untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Sayangnya, dari 16 subsektor yang dikembangkan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pertumbuhan ekraf masih didominasi oleh usaha kuliner. Baik di skala nasional maupun di daerah, termasuk di Kota Malang.
Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Bekraf, Wawan Rusiawan mengungkapkan bahwa potensi ekraf yang paling tinggi kontribusinya saat ini adalah subsektor kuliner, fashion, dan kriya. "Potensi ekraf masih didominasi kuliner di angka 41 persen, fashion 18 persen, dan kriya 15 persen," ujar Wawan dalam agendanya di Kota Malang.
Sementara itu, 36 persen sisanya terbagi dalam 13 subsektor lain. Di antaranya yakni subsektor aplikasi dan game, arsitektur, desain produk, desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film, animasi dan video, fotografi, musik, penerbitan, periklanan, seni rupa, serta televisi dan radio.
"Harapan ke depan, agar subsektor lain yang juga punya potensi tinggi ini bisa dipacu pertumbuhannya sekitar 8-10 persen per tahun. Karena mereka ini secara kontribusi masih terbilang kecil, tetapi growth-nya besar," paparnya. Ditambah lagi, upaya intervensi pemerintah untuk subsektor tersebut masih terus berjalan hingga saat ini.
Di Kota Malang pun, subsektor kuliner juga mendominasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang dalam Survei Ekonomi 2016, tercatat total ada 40.690 pelaku ekonomi kreatif di Kota Malang. Dari jumlah itu, sekitar 69,7 persen merupakan pengusaha kuliner.
Rinciannya, peringkat lima besar subsektor yang berkembang, yakni subsektor kuliner sebanyak 28.398 usaha kreatif, subsektor fashion 7.295 usaha kreatif, subsektor kriya dengan 2.989 usaha kreatif, subsektor penerbitan dengan 961 usaha kreatif, dan subsektor fotografi dengan 233 usaha kreatif.
"Sebenarnya untuk mengembangkan usaha ekraf tidak harus terpaku modal. Modal awalnya bisa juga rendah, misalnya cukup dengan ide dan gagasan. Nanti bisa dikembangkan dengan fasilitasi inkubator Bekraf," tutur Wawan. Selain itu, pemilik usaha rintisan juga diimbau untuk mendaftarkan diri ke database resmi Bekraf, yakni Bekraf Information System in Mobile Application (BISMA) untuk mendapatkan pendampingan.