free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Duh Teganya, Seorang Ibu Ditelantarkan, Dikurung di Kamar Sering Teriak Kelaparan

Penulis : Ashaq Lupito - Editor : A Yahya

28 - Apr - 2019, 01:32

Placeholder
Proses evakuasi Rames, korban kebiadaban anak durhaka saat dievakuasi ke yayasan sosial, Kecamatan Karangploso (Foto : Polsek Karangploso for MalangTIMES)

“Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia,” lagu anak-anak yang sering kita nyanyikan saat duduk di bangku TK (Taman Kanak-kanak) ini, seolah ingin menggambarkan perjuangan seorang ibu yang tanpa pamrih. Pengorbanan yang diberikan kepada buah hatinya supaya tumbuh besar, dewasa tak berharap balas budi. 

Keberadaan ibu ibarat malaikat tak bersayap yang memiliki peranan penting akan kesuksesan anak-anaknya. Karena itu, seorang ibu sangatlah layak mendapatkan kemuliaan dari anaknya. 

Namun tidak demikian yang dialami oleh Rames, wanita tua renta yang kini berusia 70 tahun itu. Warga Dusun Bunder, Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso ini, ditelantarkan oleh anak-anaknya yang berjumlah empat orang. Sungguh keterlaluan. 

Parahnya, perlakuan tidak pantas tersebut sudah berjalan selama bertahun-tahun. Peristiwa itupun membuat trenyuh sejumlah pihak yang mengetahuinya. Warga sekitar,  aparat desa hingga aparat kepolisian dan TNI. “Kamis (25/4/2019) jajaran kepolisian beserta koramil dan beberapa perangkat desa setempat, mengevakuasi ibu Rames ke salah satu panti sosial yang berada di Kota Malang,” kata Kapolsek Karangploso, AKP Effendy Budi Wibowo, Sabtu (27/4/2019).

Diperoleh keterangan, tiga dari empat orang anak kandung Rames ini, diketahui sudah hidup sukses dan mandiri. Ketiga orang anaknya sudah tinggal di rumah mereka masing-masing yang beralamat di daerah Kota Malang.

Sedangkan anak bungsunya, diketahui numpang di rumah ibunya (Rames). Alih-alih mendapatkan balas budi, ibu yang sudah melahirkan anak-anaknya itu justru ditelantarkan. Jangankan makan dan minum, hanya sekedar menghirup udara segar saja Rames tak bisa. “Informasinya, beberapa tahun lalu anak bungsunya ikut tinggal bersama ibunya. Sejak saat itulah, ibu Rames dibuatkan ruangan khusus yang ada di belakang rumah dan tidak diperkenankan keluar,” sambung Effendy.

Dalam ruangan yang berukuran sekitar 3 X 3 meter itulah, Rames menghabiskan masa tuanya di atas kasur lusuh yang disediakan putri bungsunya. Lantaran jarang dibuka, tembok di ruangan sempit tersebut, sampai dipenuhi lumut. Udara pengap dan lembab seolah sudah menjadi sahabat karib sang bunda untuk melewati masa senja.

Tidak hanya itu saja, dalam sehari Rames rata-rata hanya diberi makan anaknya sekali. Itupun saat mentari sudah tenggelam, dan senja berganti malam. “Putri bungsu dan suaminya bekerja sebagai penjual es degan di daerah Gadang, Kota Malang. Pagi sudah berangkat dan baru pulang saat malam hari,” sambung Effendy.

Kondisi yang serba memprihatinkan ini, tentunya membuat penderitaan Rames kian menjadi-jadi. Jika sudah tak kuat menahan lapar, dan usus dalam perutnya terasa sudah lengket karena tak kemasukan makanan. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, Nenek tua itu berteriak-teriak sembari berharap ada tetangga yang mendengarnya.

Cara itu terbukti ampuh, dari yang semula penasaran, akhirnya para tetangga akhirnya sering memberi makan Rames, saat anak dan menantunya pergi meninggalkan rumah. “Informasi dari para tetangga, putri bungsu dan menantunya akan menghajar ibu Rames jika menerima makan. Bahkan jika ketahuan siapa tetangga yang memberi makanan, juga akan dimarahi oleh menantunya,” tutur Effendy.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Malangtimes.com, kondisi serba mencekam itulah, yang membuat para tetangga hanya berani memberi makan saat putri bungsu dan menantunya pergi bekerja. Sebab, selain kasian melihat ibu Rames dihajar, para tetangga juga serba salah jika masih nekat dan ketahuan memberi makan. “Iya, informasinya memang seperti itu. Makanya tetangganya memilih sembunyi-sembunyi untuk memberikan makanan,” sambung Effendy.

Selain memperlakukan orang tua tak pantas, diketahui jika Putri bungsu dan menantu ibu Rames ini memang jarang sekali bersosialisasi dengan lingkungan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Ketika pulang kerja, terkadang keduanya juga jarang memberi makan Rames. “Mereka (putri bungsu dan menantu) bahkan mengaku kepada tetangga jika ibunya gila. Jadi dibiarkan hidup terlantar dan tidak diperkenankan siapapun untuk memberi makan,” terang Effendy.

Dari penelusuran wartawan, statement tersebut tidak lah benar. Kondisi kejiwaan Rames normal dan tidak gila. Memang benar hampir setiap hari, dirinya sering berteriak. Namun itu dilakukan semata-mata hanya untuk kode kepada para tetangga, jika dirinya lapar dan menginginkan makan.

Namun, sejak hari Selasa (23/4/2019), Rames sudah tidak ada suara. Bahkan di dalam bilik ruangan khusus, yang selama ini dijadikan tempat penampungannya, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Sebab, mulai dari pagi hingga malam, lampu ruangan khusus yang ditempati Rames, selalu dalam kondisi padam.

Mengetahui hal ini, para tetangga sempat menduga jika nenek renta itu sudah meninggal dunia. Lantaran mengkhawatirkan kondisinya, para warga akhirnya melaporkan ke perangkat desa setempat yang kemudian dilanjutkan ke pihak kepolisian.

Mendapat laporan, anggota Polsek Karangploso, TNI, yayasan sosial, serta perangkat desa, mendatangi kediaman Rames, Kamis (26/4/2019) malam. Tepatnya sekitar pukul 21.30 waktu setempat. Petugas gabungan mengeruduk kediaman putri bungsu Rames, guna memastikan kondisi nenek renta tersebut.

Ketika pintu ruangan khusus yang dijadikan tempat penampungan dibuka, Rames dalam keadaan berbaring di atas kasur lusuhnya. Tanpa bisa membalas sapaan petugas, nenek kurus kering kelontang itu hanya mengaku lapar. “Lue. ., aku lue (lapar saya lapar),” begitu kiranya ucapan yang didengungkan Rames saat mengetahui rumahnya “digerebek” petugas gabungan.

Mengetahui hal ini, petugas langsung memberinya makan bubur. Bahkan seorang perawat yayasan sosial yang notabene bukan anak kandungnya, nampak begitu cekatan menyuapi sang nenek tua ini.

Usai perutnya terisi, Rames akhirnya dirujuk untuk dievakuasi ke yayasan sosial yang ada di wilayah Kota Malang. Kondisi yang “rapuh” karena faktor usia, dan jarang mendapatkan perawatan yang layak dari putri dan menantunya, membuat petugas begitu berhati-hati saat mengangkat tubuh Rames.

Nyaris menghabiskan waktu 2,5 jam dihabiskan petugas gabungan, hanya untuk mengevakuasi Rames ke dalam kasur dorong, yang kemudian dievakuasi menggunakan mobil ambulans ke yayasan sosial. Mengetahui mertuanya dibawa petugas, RD (menantu) dan IN (Putri sulung) Rames, seolah tak keberatan. Mereka berdalih tidak punya biaya untuk merawat sang bunda, meski kenyataannya rumah yang mereka tempati sangat mewah dan beralaskan keramik mengkilap. “Pihak keluarga bersedia membuat surat pernyataan, dan setuju jika ibunya (Rames) dibawa ke panti sosial,” tutup Effendy kepada MalangTIMES.com

 

Perolehan Medali Porprov Jatim IX 2025

Update: -

No Kota / Kabupaten Emas Perak Perunggu Poin
Total - - - -

Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Ashaq Lupito

Editor

A Yahya