Persoalan tanah sebagai lahan pertanian dan perkebunan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Malang, semakin memprihatinkan tingkat kesuburannya.
Berbagai kerusakan lahan tanaman petani disumbang dengan massifnya pemakaian pupuk anorganik yang tidak seimbang.
Efeknya unsur hara tanah semakin menurun dan ekosistem mikroba di dalamnya banyak yang mati.
Risiko kerusakan tanah dan hilangnya kandungan organik yang dikandung sekitar 40-50 persen, membuat tanaman rentan gagal panen. Serta produksi yang terus menerus turun.
Kondisi tersebut membuat 'perlindungan' tanaman semakin tipis dan rentan diserang berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT).
"Saat itu terjadi, biasanya petani akan langsung menyemprotkan pestisida. Hal ini akan semakin merusak dan membuat kebal OPT," kata Rois Rosiin Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek Dusun Sipring, Desa Pagelaran, Selasa (27/11/2018).
Untuk meminimalisir penggunaan zat-zat kimia pada tanaman yang terkena OPT, Rois menyarankan metode pembuatan ekosistem.
Metode tersebut selain tidak membuat tanaman terus menerus 'teracuni' dan mengakibatkan kerusakan tanah serta mampu juga menghalau OPT yang kerap menjadi momok para petani.
Metode ekosistem tersebut diterapkan melalui penanaman beberapa jenis tanaman bunga-bungaan.
Misalnya, seperti tanaman pemikat segala macam kumbang dan serangga yang asalnya dari Jepang.
Tanaman ini dinamakan bunga Yolanda atau bunga Pukul Delapan dikarenakan kuncup kembangnya merekah di jam-jam tersebut.
Rois menjelaskan, bunga Yolanda yang asalnya dari Jepang tersebut, memiliki kemampuan memikat berbagai macam kumbang.
"Dari jenis kumbang yang kecil sampai yang besar," ujarnya.
Saat bunga Yolanda merekah, maka berbagai kumbang yang merupakan bagian dari OPT, akan berbondong-bondong hinggap.
Saat hinggap tersebut, putik bunga Yolanda akan menempel pada kumbang.
"Putiknya ini yang akan membuat kumbang mengalami rasa 'gatal', " ucap Rois.
Rasa gatal dari putik bunga Yolanda akan terus melanda kumbang. Sehingga membuatnya kelimpungan serupa kondisi mabuk.
Rasa gatal tersebut baru bisa hilang saat sang kumbang menemukan hama tanaman lainnya, seperti ulat, misalnya.
Dimana sang kumbang tersebut harus membunuh hama dalam upaya mentransfer rasa gatalnya tersebut.
"Baru rasa gatal sang kumbang hilang. Saat rasa gatal hilang sang kumbang akan kembali tertarik untuk hinggap di bunga Yolanda. Begitu seterusnya, " imbuh Rois.
Manfaat bunga Yolanda itulah yang membuat para petani di KWT Anggrek Dusun Sipring, Desa Pagelaran, yang anggotanya bisa dari unsur laki-laki.
Memassifkannya sebagai tanaman pembasmi hama. Mereka menanam bunga Yolanda di berbagai pinggiran tanaman yang mereka tanam.
Hasilnya, para anggota KWT Anggrek tidak pernah mengeluarkan uang untuk membeli obat pembasmi hama atau pestisida.
"Selain hemat anggaran juga membiarkan alam bekerja dengan sistemnya sendiri. Tanpa perlu kita menambah kerusakan pada tanaman dan tanah dengan zat-zat kimia," ujar Rois.
Selain tanaman Yolanda, bunga kenikir atau disebut temblekan atau juga Tagetes juga difungsikan sebagai pembasmi OPT.
Bunga Kenikir tersebut mampu menghalau berbagai serangga.
Manfaat bunga kenikir tersebut telah teruji saat para petani menanamnya di sepanjang pematang sawah di Pagelaran.
"Hasilnya tidak ada hama serangga atau lainnya yang mengganggu tanaman. Bahkan saat terjadi wabah hama, tanaman yang dikelilingi bunga-bungaan ini selamat. Dibandingkan dengan yang hanya mengandalkan pestisida dalam memberantas OPT," pungkas Rois.