San Ali Anshar: Syekh Siti Jenar Palsu dari Persia yang Berakhir di Tiang Eksekusi
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
22 - Mar - 2025, 09:28
JATIMTIMES - Dalam sejarah Islam di Nusantara, nama Syekh Siti Jenar selalu mengundang perdebatan. Ia digambarkan sebagai seorang sufi yang ajarannya dianggap kontroversial, hingga akhirnya dihukum mati oleh Wali Songo. Namun, historiografi yang berkembang menunjukkan banyak distorsi sejarah. Salah satunya adalah keberadaan dua tokoh yang mengaku sebagai Syekh Siti Jenar, yakni Hasan Ali dan San Ali Anshar.
San Ali Anshar al-Tabrizi al-Isfabhani adalah seorang perantau dari Isfahan, Persia. Ia datang ke Baghdad dengan ambisi besar dalam ilmu filsafat dan kebatinan. Kecerdasannya tidak diragukan, begitu pula kefasihannya dalam berbicara. Namun, dalam perjalanannya ke Nusantara, ia justru menjadi penyebar ajaran yang menyimpang, bahkan menyesatkan, dengan mengaku sebagai Syekh Siti Jenar.
Baca Juga : Debut Buruk Kluivert Jangan Jadi Start Kemunduran Sepak Bola Indonesia
Kisah San Ali Anshar yang berakhir tragis di tiang eksekusi bukan sekadar cerita tentang seorang tokoh yang dihukum mati. Ini adalah bagian dari upaya besar para wali dalam menjaga kemurnian ajaran Islam di Nusantara dari penyimpangan dan fitnah yang sengaja disebarkan oleh kelompok tertentu.
San Ali Anshar: Dari Persia ke Nusantara
San Ali Anshar berasal dari lingkungan cendekiawan di Isfahan. Ia dikenal haus akan ilmu pengetahuan dan memiliki kecenderungan kuat dalam kajian filsafat serta mistisisme. Namun, dalam banyak hal, pemikirannya sering kali bertentangan dengan para ulama ortodoks, termasuk dengan Syekh Datuk Abdul Jalil, yang dikenal sebagai sosok yang mendidik Syekh Siti Jenar dalam tarekat dan makrifat.
Ketika sampai di Nusantara, San Ali Anshar mulai menarik perhatian banyak orang dengan ajaran-ajarannya yang terdengar revolusioner. Namun, bagi para wali, ajarannya lebih dekat dengan penyimpangan ketimbang pencerahan spiritual.
San Ali Anshar mengajarkan konsep Wahdat al-Wujud secara terbuka, sesuatu yang sangat berbahaya pada masa itu. Berbeda dengan ajaran Syekh Siti Jenar yang lebih menekankan Kesatuan Penyaksian (Wahdat asy-Syuhud), San Ali Anshar justru mengajarkan bahwa manusia adalah jelmaan Tuhan. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam diri para rasul terdapat sifat Ilahiyyah yang menitis dari satu rasul ke rasul lainnya.
Tidak berhenti di situ, San Ali Anshar mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW sekaligus titisan Wisnu, Wakil Tripurusa (Brahma-Wisnu-Syiwa)...