Mengenal Gejala Gangguan ADHD pada Anak dan Penanganannya
Reporter
Tubagus Achmad
Editor
Nurlayla Ratri
20 - Jan - 2025, 09:11
JATIMTIMES - Bagi setiap orang tua yang memiliki anak masih kecil, wajib mengenali gejala dari suatu gangguan fokus dan motorik yang bisa saja menyerang anak. Gangguan itu dinamakan Attention Defisit Hyperactivity Disorder atau ADHD.
Dalam tayangan podcast pada YouTube Nikita Willy Official, profesor sekaligus dokter spesialis anak yakni Hardiono Pusponegoro menjelaskan secara singkat mengenai ADHD yang bisa terjadi kepada anak-anak.
Baca Juga : 6 Pemilik Warkop Cetol Pasar Gondanglegi Resmi Tersangka, Terbukti Eksploitasi Ekonomi dan Seksual Anak
ADHD sendiri merupakan sebuah gangguan perkembangan saraf yang umum pada anak-anak dan bisa bertahan hingga dewasa. Terdapat beberapa gejala ADHD yang harus dipahami oleh setiap orang tua. Di antaranya kesulitan fokus, hiperaktivitas dan impulsivitas.
Untuk kesulitan fokus dimungkinkan anak tidak dapat fokus dan konsentrasi pada sesuatu. Hal ini dapat menyebabkan anak mudah terganggu pemusatan perhatiannya yang berdampak pada tindakan dan tutur bicaranya.
Kemudian, hiperaktivitas. Seorang anak dikatakan hiperaktivitas ketika tidak bisa diam dalam waktu yang lama di kelas atau di ruangan tertentu.
"Hiperaktifnya kalau anak itu ADHD, dari jauh kita bisa lihat anaknya nggak bisa duduk diam. Pasti begini (gerak-gerakin badan). Nggak tahan duduk di kelas, jalan-jalan di kelas. Kemudian manjat-manjat, tahu-tahu sudah di atas," jelas Hardiono dalam keterangannya saat podcast di YouTube Nikita Willy Official.
Selanjutnya, impulsivitas pada anak. Serang anak dikatakan mengalami impulsivitas ketika tidak dapat beroikir panjang saat berbicara ataupun bertindak.
"Impulsif ini berbuat dan berbicara nggak dipikir dulu. Main samber gitu. Jadi suka mukul temannya, suka buang buku dan lain-lain," kata Hardiono.
Menurutnya, seorang anak dapat dikatakan mengalami gangguan ADHD jika gejala-gejala tersebut berlangsung enam bulan lebih.
"Kalau mau disebut ADHD itu kriterianya mesti berlangsung lebih dari enam bulan. Terus harus mengganggu akademis atau fungsinya dengan anak lain. Dan terjadi di mana saja. Di rumah maupun di sekolah," jelas Hardiono.
Baca Juga : Baca Selengkapnya