Kado Terakhir Agus Korban Kecelakaan Bus Maut, Kala 'Dicintai dengan Hebat' hingga Akhir Hayat
Reporter
Prasetyo Lanang
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
11 - Jan - 2025, 01:08
JATIMTIMES - Gemercik gerimis mengiringi tamu yang silih berganti datang ke sebuah rumah di Jalan Terusan Palem Raja, Sidomulyo, Kota Batu, Jumat siang (10/1/2025). Yakni kediaman Almarhum Agus Dariyanto, salah satu korban meninggal dunia dalam kecelakaan beruntun bus pariwisata di Jalan Imam Bonjol- Jalan Pattimura Kota Batu, Rabu (8/1/2025) lalu.
Bangunan tiga lantai itu berada di dalam gang kecil yang berdekatan dengan sebuah masjid. Tampak karangan bunga dari Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai, juga PT Gojek Indonesia, perusahaan yang selama ini menaungi Agus mencari rezeki saat menjadi sopir taksi daring.
Baca Juga : Mau Study Tour? Begini Cara Pastikan Bus Lolos Uji KIR
Di tempat itu Sri Utami, istri Agus, masih menyambut rekanan, teman, sanak saudara mendiang suaminya dan mendoakan dengan tulus. Seakan masih tak percaya pria yang dianggapnya sempurna bagi keluarga itu harus raib nyawa.
Sembari menuturkan yang dia alami kala itu, Sri tak menutupi rasa kehilangan. Sempat terdiam melihat gawai, foto dan percakapan percakapan sebelumnya dengan sang suami tampak di layar.
Pukul 17.54 WIB, waktu terakhir yang terlihat di ponselnya. Menunjukkan Agus membaca pesan singkat WhatsApp saat hendak pulang. Sekitar dua jam lewat lima belas menit berselang, sang istri kembali menanyakan kabar namun tak terjawab.
"Yah" panggil Sri ke Agus sebanyak dua kali. "Tolong jawab yah, awakmu ndek ndi?," tanyanya pada Agus lagi untuk terakhir kali. Saat-saat itulah situasi yang membuncahkan pikiran Sri Utami.
"Dapat kabar komunitas Go-Car malam itu, tapi nggak bilang kalau sudah meninggal bilangnya ada laka. Ke sini bawa KT ada. Katanya disuruh ke rumah sakit. Saya ajak anak-anak siapa tahu butuh pertolongan," tutur Sri.
Makin gelisah ia saat melihat darah dan orang yang terluka di rumah sakit. Belum bertemu sang suami, Sri tak langsung diperkenankan masuk karwna batasan kunjungan keluarga daei pihak rumah sakit. Ia sempat bingung, lalu diputuskan hanya satu orang anaknya yang masuk dan mengecek keberadaan sang ayah.
"Ternyata bukan karena apa-apa, tapi karena sudah nggak ada, saya nggak langsung dikasih tahu. Anak saya keluar minta ibu pulang dulu, ayah nggak apa-apa. Baru tahunya di rumah kalau ternyata meninggal di tempat," katanya.
Di rumah, seakan Sri sempat tak bisa mengeluarkan air mata. Pikirannya tetap pada ingatan dan penuh rasa tidak percaya jika Agus harus mendahuluinya.
Saat jenazah tiba di masjid, dalam hati Sri Utami hanya bisa meminta maaf pada sang suami karena tak ikut saat hendak memandikan jenazah, sebagai pengabdian terakhirnya. Itu lantaran Sri tak kuasa jika harus melihat luka terbuka di tubuh pria 65 tahun itu.
"Tapi pada saat setelah dibersihkan dan diperlihatkan ke saya ternyata utuh (tubuh Agus) nggak luka. Hanya kayanya luka di sini (menunjuk ke tengkuk) sempat berdarah saja. Selain itu badannya nggak kenapa-kenapa," katanya.
Sri menggambarkan pria itu layaknya tidur dengan senyum. Ia beranggapan jika itu salah satu pertanda bahwa dirinya harus ikhlas. Meski hanya tersisa kenangan, Agus dipandang sempurna bagi keluarga. Meninggalkan empat orang anak dan memiliki empat cucu kesayangan, dan kenangan manis dari sosok yang menyenangkan dan humoris.
Begitu pula yang diceritakan Sri, Ia juga baru bisa bersaksi bahwa suaminya dikenal sosok yang baik bagi semua. "Biasanya kalau malam orang kampung hadir (pengajian) 100 orang, kemarin penuh sampai 200-an orang. Mungkin juga sudah nggak ada dia yang mencari nafkah untuk keluarga, saya saksinya orang sempurna untuk anak istrinya. Maka ke siapa saja kalau Pak Agus punya salah afau utang saya mintakan maaf," ungkap dia.
Sri menyebut rasa tak percaya dirinya sebelumnya muncul karena keyakinan kuat bahwa sang suami akan selalu dijaga dan mendapatkan perlindungan dari sang khalik. Namun, ia meneguhkan hati bahwa kepastian takdir tuhan jauh lebih baik bagi orang yang tersayang.
"Mungkin sama Allah memang dipanggil biar aman di sana," ucap Sri sembari berkaca-kaca.
Kenangan terakhir yang tersimpan yakni foto-foto dia bersama Agus, juga beberapa pesan-pesan darinya yang masih disimpan. Dari temaram ruang tengah rumahnya, Sri mengambil salah satu foto liburan terakhir dengan Agus di Pulau Merah Banyuwangi.
Liburan itu diambil saat beberapa waktu lalu meluangkan kesempatan tak bekerja sebagai sopir angkutan daring. Profesi yang digeluti Agus sejak 2018 itu juga turut berkontribusi menafkahi keluarga. "Termasuk membangun rumah ini kita berdua," katanya.
Baca Juga : Wahyu Hidayat Jamin Keamanan dan Kenyamanan Perantau di Kota Malang
Sampai pada sebulan lalu, Sri dibuat terkejut karwna kado ulang tahun berupa Handphone diberikan oleh sang suami kepadanya. "Meski sempat berpikir kalau sebenarnya sudah tua, kok masih saja dikasih hadiah ulang tahun. Sampai sekarang belum saya buka, belum saya pakai," ceritanya.
Perangkat ponsel baru itu nyatanya sekaligus menjadi kado terakhir Agus sebelum akhirnya meninggal dunia jadi korban kecelakaan. "Memang kalau kata anak-anak orangnya nggak malu peluk cium istri meski di depan siapa saja. Yang dia tunjukkan kalau sayang," bebernya.
Kenangan lain turut diceritakan, menurutnya sosok Agus menjadi orang mampu berbaur layaknya ayah, orang tua, ataupun sekaligus sahabat bagi anak dan istri. Tak jarang, sosok humoris itu berkelakuan tidak jelas atau lucu yang membuat orang di sekitarnya ceria.
"Akhir akhir ini merasa bangga karena cucunya sering kumpul, dan selalu berebut untuk ikut (kerja) itu membuat dia senang," tambah Sri.
Dulu, sambung dia, Sri dan Agus kerap berkelakar tentang usia. Umrunya yang menginjak 65 tahun dianggap bak punya kesempatan hidup lebih lama. Keduanya berdebat seakan tahu siapa yang lebih dulu berpamitan dari dunia. "Tapi dia (Agus) bilang, katanya bareng-bareng saja biar nggak kehilangan," tuturnya.
Banyak lagi kisah yang lucu dari Agus di keluarga dan kini tinggal kenangan. Kepergian sosok yang dikenalnya penyayang dan penolong siapa saja itu tentu menjadi pukulan berat. Tapi Sri tahu bahwa dia harus merelakan dengan ikhlas.
Di hari dimana kecelakaan maut terjadi, Agus tak sempat menghabiskan kopi untuk segera bergegas membelikan bunga sang istri. Bunga itu untuk dibudidayakan, hal yang dilakoni Sri sejak beberapa waktu terakhir. Berangkatnya Agus hari itu sekaligus perpisahan yang tak disangka.
Ia mengambil banyak pelajaran hidup dari Agus sejak masih bersama maupun telah tiada.
Sri mengantarkan ke peristirahatan terakhir pada Kamis pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Didampingi warga, hingga tokoh masyarakat dan rokoh agama yang ikut berkabung.
"Memang sudah jalannya, kenangannya manis tapi sekaligus sakit karena dicintai hebat sampai akhir hayat, dan saya sekarang harus bisa tanpa beliau. Bapak orang baik, saya saksinya," tegas Sri sambil tangisnya pecah di kelopak mata.
Diketahui bahwa Agus Dariyanto merupakan satu dari empat korban meninggal dunia dalam kecelakaan bus membawa rombongan SMK TI Global Bali Badung Rabu lalu. Melibatkan 16 kendaraan dengan total 14 orang jadi korban kecelakaan beruntun.
Terbaru, dikabarkan sopir bus maut itu telah ditetapkan menjadi tersangka. Sementara pihak kepolisian masih melakukan pendalaman penyelidikan untuk memastikan siapa saja yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut.