Kisah Nabi dengan Bangkai Kambing Cacat pada Telinga
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
06 - Jan - 2025, 08:35
JATIMTIMES - Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW berjalan melewati sebuah pasar. Kehadirannya menarik perhatian beberapa orang yang kemudian mengikuti beliau. Saat itu, beliau berhenti di dekat lapak seorang pedagang ternak. Tak jauh dari sana, terlihat bangkai seekor anak kambing dengan telinga cacat.
Rasulullah SAW mendekati bangkai itu, memegang telinganya, lalu bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, "Siapa di antara kalian yang mau membeli anak kambing ini seharga satu dirham?"
Orang-orang menjawab, "Kami tidak akan membelinya, bahkan dengan harga murah sekalipun. Apa gunanya bangkai ini untuk kami?"
Rasulullah SAW bertanya lagi, "Apakah ada yang suka dan ngin memilikinya ?"
Mereka kembali menjawab, "Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup pun, cacatnya membuatnya tidak berharga. Apalagi sekarang, dalam keadaan mati."
Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Demi Allah, dunia ini jauh lebih hina dan rendah di sisi Allah dibandingkan bangkai anak kambing ini di mata kalian."
Kisah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah ini mengandung pesan mendalam. Rasulullah SAW mengingatkan umatnya bahwa kehidupan dunia bersifat sementara dan tidak pantas dijadikan prioritas utama.
Dalam sebuah kesempatan lain, Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada Abdullah bin Umar. Sambil memegang pundaknya, beliau berkata, "Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau adalah orang asing atau seorang musafir yang sedang melewati perjalanan."
Al-Quran juga menegaskan bahwa dunia ini tidak lebih dari sekadar ujian yang bersifat sementara. Dalam Surah Faathir ayat 5, Allah SWT memperingatkan bahwa janji-Nya adalah kebenaran. Dia mengingatkan agar manusia tidak terpedaya oleh gemerlap dunia dan tipu daya setan.
Hal serupa dijelaskan dalam Surah Al-Hadid ayat 20. Dunia diibaratkan sebagai permainan, hiburan, dan ajang saling berbangga diri. Kehidupan dunia digambarkan seperti hujan yang menumbuhkan tanaman subur, namun akhirnya tanaman itu layu, menguning, dan hancur.
Baca Juga : Kisah Burung Elang Mengadu pada Nabi Sulaiman
Allah berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 20, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."
Allah juga memberikan perumpamaan dalam Surah Al-Kahfi ayat 45. Kehidupan dunia diibaratkan air hujan yang membuat tumbuh-tumbuhan segar, tetapi pada akhirnya mengering dan diterbangkan angin. Perumpamaan ini menegaskan bahwa dunia hanya sementara, sedangkan kekuasaan Allah abadi.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi 45, "Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu".
Dari kisah dan ayat-ayat di atas jelas, bahwa kehidupan dunia tidak boleh menjadi tujuan utama. Dunia hanyalah sarana untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan abadi di akhirat. Maka, manusia harus bijak dalam menjalani kehidupan dunia, menjadikannya sebagai tempat untuk meraih keridhaan Allah, bukan tempat untuk mengejar kesenangan semu.